Saturday, September 18, 2021

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 1).

 

Gambar oleh Walkerssk dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Telah saya sebutkan pada artikel yang lalu mengenai pernikahan antara al-Aswad dengan seorang wanita shalihah keturunan Persia bernama Azadz. Dan walaupun seharusnya setelah pernikahan tersebut hubungan al-Aswad dengan segenap keturunan Persia yang lain berjalan ke arah yang lebih baik, akan tetapi bagi al-Aswad hal tersebut tidak akan terjadi selamanya, karena sebagaimana yang disebutkan oleh para sejarawan, al-Aswad tidak henti-hentinya senantiasa merendahkan Fairuz juga Dadzawaih yang bisa dikatakan bahwa mereka berdua adalah pemuka para keturunan Persia yang tinggal di Yaman.

Belum lagi al-Aswad juga menambahkan nama sang komando militer pasukannya yakni Qais bin ‘Abdi Yaguts ke dalam daftar orang yang senantiasa dia lecehkan setiap harinya.

BACA JUGA:

KEMUNCULAN AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 3). 

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 2).

Dan pada saat keadaan Yaman sedang kacau karena aura jahat yang di sebarkan oleh al-Aswad ke segenap penjuru Yaman, dan kaum muslimin sendiri hidup setiap harinya dalam keadaan waspada, sahabat Mu’adz bin Jabal (Radhiyallahu ‘Anhu) pun memutuskan untuk menikah dengan sorang wanita yang berasal dari suku Bani Bukrah. Suku ini adalah salah satu suku cabang dari suku induk yakni suku as-Sukun.

Pernikahan beliau sendiri bukanlah hanya sekedar pernikahan, karena walaupun tujuan utama beliau dari melangsungkan pernikahan tersebut adalah mengikuti sunnah Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Ternyata beliau juga ingin agar pernikahannya dengan seorang wanita yang berasal dari salah satu suku cabang suku as-Sukun akan memperkuat hubungannya dengan suku as-Sukun itu sendiri, sehingga tentunya dengan pernikahan tersebut beliau telah mengunci sebuah kerja sama dan persekutuan yang sangat penting untuk menghadapi al-Aswad beserta bala tentaranya.

Wanita yang dinikahi oleh sahabat Mu’adz ini bernama Ramlah, hal ini juga informasi mengenai pernikahan beliau dengan wanita tersebut saya ambil dari kitabnya Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah).

Ibnu Jarir juga menyebutkan dalam kitabnya bahwa sejak awal kedatangan sahabat Mu’adz di negeri Yaman, beliau telah di buat kagum oleh suku as-Sukun. Hingga dikatakan bahwa beliau suatu hari pernah berdo’a yang dimana bunyi do’a beliau adalah sebagaimana berikut: “Ya Allah, bangkitkanlah aku pada hari kiamat bersama suku as-Sukun”, beliau juga pernah berdo’a: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa suku as-Sukun”.

Dan setelah pernikahan tersebut datanglah sebuah surat yang berasal dari Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), yang dimana pada surat tersebut beliau memerintahkan kaum muslimin untuk bangkit dan melakukan perlawanan sekaligus merebut kembali daerah mereka yang telah dirampas oleh al-Aswad. Surat ini sampai ke tangan sahabat Mu’adz, dan beliau pun bangkit bersama kaum muslimin, kembali mengobarkan semangat juang mereka demi melaksanakan perintah Nabi dengan sebaik-baiknya.

Setelah kedatangan surat dari Rasulullah, keadaan di Yaman mulai berubah sedikit demi sedikit, dan angin sepoi-sepoi pun mulai bertiup ke arah kaum muslimin. Kekuasaan al-Aswad sedang diambang bahaya…

(pada artikel kali ini saya hanya akan memaparkan kisah ringkas mengenai terbunuhnya al-Aswad, adapun rinciannya Insya Allah akan menyusul pada artikel-artikel selanjutnya).

Berkata Ibnul Jauziy (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Muntadzam fi Tarikhil Muluki wal Umam setelah beliau menjelaskan mengenai kedatangan surat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), beliau berkata: “…Maka kaum muslimin pun mengajak Qais bin ‘Abdi Yaguts untuk bekerja sama (melengserkan al-Aswad) karena mereka telah melihat bahwa semakin hari perlakuan al-Aswad kepada Qais semakin buruk.

Kaum muslimin menemui Qais dan memberitahunya perihal surat dan perintah Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang ada dalam surat tersebut, maka setelah mendengar semuanya dari kaum muslimin, Qais pun menyanggupi ajakan mereka. Dan sebagai langkah awal, mereka terlebih dahulu harus mendatangi istri al-Aswad yakni Adzaz. (karena Adzaz adalah seorang wanita shalihah yang beriman kepada Allah dan RasulNya, belum lagi fakta bahwa al-Aswad lah yang telah membunuh suami pertamanya yang sama-sama beriman kepada Allah dan RasulNya. Maka pastinya dukungan Adzaz akan sangat penting bagi kelancaran rencana pelengseran al-Aswad).

Ketika kaum muslimin telah bertemu dengan Adzaz, mereka berkata padanya: “Orang inilah (yakni al-Aswad) yang telah membunuh ayahmu (suamimu), maka bagaimana pendapatmu?”.

Adzaz menjawab: “Dia adalah makhluk Allah yang paling aku benci, akan tetapi kalian harus tahu bahwa dia itu sangat terjaga, karena para pengawalnya senantiasa berjaga-jaga di sekitar istananya. Dan satu-satunya tempat yang kosong dari penjagaan yang ketat adalah rumah ini”.

Maka pada malam harinya mereka menyusup secara diam-diam masuk ke dalam rumah tersebut, dan Fairuz lah yang masuk terlebih dahulu, dan sesampainya dia di kamar tidur al-Aswad, dia segera memegang kepalanya dan langsung menebasnya, dan seketika al-Aswad mengeluarkan sebuah lenguhan layaknya lenguhan sapi yang sangat besar. Mendengar lenguhan tersebut, para pengawal yang berjaga-jaga di sekitar rumah segera berlarian ingin masuk akan tetapi mereka di halangi oleh Adzaz. Mereka berkata padanya: “Apa yang terjadi di dalam rumah?”. Adzaz menjawab: “Sang Nabi sedang di beri wahyu, bubarlah kalian dan kembalilah ke posisi kalian semula!”. Setelah itu barulah al-Aswad meninggal.

…Dan keesokan harinya, Fairuz dan kawan-kawan meneriakkan sahutan-sahutan atau panggilan-panggilan yang telah al-Aswad buat bagi para pengikutnya (sebagai tandingan bagi seruan adzan yang dimiliki oleh kaum muslimin), dan setelah itu mereka juga meneriakkan seruan adzan (sebagai isyarat agar seluruh rakyat Yaman atau Shan’a berkumpul, baik itu yang muslim maupun yang telah murtad).

Setelah semuanya berkumpul, Fairuz dan kawan-kawan berkata: “Kami bersaksi bahwa Muhammad adalah (benar-benar) utusan Allah, dan ‘Abhalah (al-Aswad) adalah seorang pendusta!”.

…Setelah pengumuman tersebut, para wakil Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) pun kembali ke pos mereka masing-masing. Mereka juga menulis sebuah surat kepada Rasulullah (yang isinya adalah pemberitahuan bahwa al-Aswad telah berhasil di bunuh) akan tetapi ternyata wahyu dari Allah (mengenai terbunuhnya al-Aswad) datang lebih cepat kepada beliau dari surat tersebut.

Maka setelah beliau menerima wahyu tersebut, beliau pun keluar dari kamarnya untuk bertemu dengan para sahabat dan mengkabari mereka bahwa al-Aswad telah berhasil di bunuh. Keluarnya beliau ini terjadi 1 hari atau 1 malam sebelum beliau meninggal.

Adapun surat yang ditulis oleh para wakil Rasulullah tiba di Madinah pada saat Rasulullah telah wafat dan Abu Bakar telah diangkat menjadi khalifah. Dan kekuasaan al-Aswad atas negeri Yaman hanya berlangsung selama 4 bulan.

Telah mengkabarkan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin al-Husain al-Hajiy dan Ismail bin Ahmad as-Samarqandiy, mereka berdua berkata: ‘Telah mengkabarkan kepada kami Abul Husain bin an-Naqur, telah mengkabarkan kepada kami al-Mukhlis, telah mengkabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Abdillah bin Saif bin Sa’ad, telah mengkabarkan kepada kami as-Sirriy bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Ibrahim at-Taimiy, telah menceritakan kepada kami Saif bin Umar, dari Abul Qasim asy-Syannawiy, dari al-‘Ala bin Ziyad dari Ibnu Umar, beliau berkata: ‘Pada malam ketika al-Ansi di bunuh, turunlah sebuah wahyu dari langit kepada Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), maka beliau pun keluar (dari rumahnya) untuk memberikan kabar gembira kepada kami, beliau bersabda: {“Pada malam tadi al-Ansi al-Aswad telah dibunuh, dia dibunuh oleh seseorang yang diberkahi yang berasal dari keluarga yang diberkahi”}, para sahabat bertanya: “Dan siapakah gerangan orang itu?”. Beliau menjawab: {“Dia adalah Fairuz, sungguh Fairuz telah menang”}.

Inilah kisah ringkas mengenai terbunuhnya al-Aswad al-Ansi, dan Insya Allah rincian-rinciannya akan saya kisahkan pada artikel-artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Was-Salam.

       

     

0 comments:

Post a Comment