Thursday, September 23, 2021

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 5).

 

Gambar oleh Dani Géza dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menyebutkan bahwa sepulangnya Fairuz dari membagi-bagikan daging unta dan sapi bagi rakyat Shan’a, dia mendengar suara obrolan sayup-sayup antara seseorang dengan al-Aswad yang membicarakan mengenai dirinya pada saat dia telah sampai di gerbang istana. Hal apakah yang tengah dibicarakan oleh orang tersebut dengan al-Aswad mengenai diri Fairuz?....

BACA JUGA:

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 4). 

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 6).

Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah): “Berkata Jisynas ad-Dailamiy: ‘…Pada saat Fairuz telah selesai membagi-bagikan daging unta dan sapi tersebut, dia segera berbalik pulang menuju istana (demi melaporkan pekerjaannya yang baru saja selesai).

Akan tetapi saat dia telah dekat dengan tempat al-Aswad berada, dia mendengar suara obrolan seseorang yang sedang berbincang dengan al-Aswad mengenai dirinya, dimana al-Aswad berkata kepada orang tersebut: “Aku akan membunuhnya (Fairuz) besok beserta seluruh teman-temannya (Qais, Dadzawaih, Jisynas, dkk)”.

Kemudian setelah dia al-Aswad mengatakan hal tersebut, dia pun menengok dan langsung melihat Fairuz yang telah berada di sampingnya sedari tadi. Fairuz sendiri tetap tenang dan segera melaporkan mengenai pembagian daging unta dan sapi kepada al-Aswad.

(adapun pembagian tersebut adalah sebagaimana berikut: Ibnu Jarir ath-Thabariy menulis di dalam kitabnya bahwa Fairuz berkata: ‘Aku memberikan daging unta kepada sekelompok orang yang jumlah mereka terdiri dari 3-10 orang, adapun bagi setiap rumah maka aku memberikan kepada mereka daging sapi’).

Dan setelah laporan tersebut selesai, al-Aswad langsung masuk ke istananya sementara Fairuz berbalik untuk pulang (ke rumahnya). Dan pada saat dia bertemu dengan kami, dia segera memberitahu kami perihal perkataan al-Aswad tadi.

Mendengar hal ini, kami segera memanggil Qais untuk segera berkumpul. Dan pada saat dia telah datang, kami langsung bermusyawarah dan akhirnya sepakat bahwa langkah kami selanjutnya adalah menemui Adzaz untuk meminta pendapatnya mengenai apa yang harus kami lakukan sebagai langkah penutup dalam menyelesaikan misi ini.

Kami juga sepakat bahwa dirikulah yang kali ini harus menemuinya dan memberitahunya bahwa kami telah siap untuk melakukan langkah terakhir. Maka setelah musyawarah selesai, aku segera menemui Adzaz dan memberitahunya perihal kesiapan kami…’”.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa orang yang ditugaskan untuk menemui Adzaz adalah Fairuz dan bukannya Jisynas.

Adapun dialog yang terjadi antara Jisynas atau Fairuz dengan Adzaz adalah sebagaimana berikut…

Ketika si utusan telah bertemu dengan Adzaz dia berkata: “Bagaimana pendapatmu”.

Adzaz menjawab: “Dia itu sangat terjaga, dimana tidak ada satu tempat pun di dalam istana kecuali pasti akan terdapat penjaga disana, dan dia sendiri kemana pun dia pergi, maka pasti para penjaga akan senantiasa berada di sekitarnya. Dan satu-satunya tempat dimana para penjaga tidak ada di sekelilingnya adalah rumah ini, dan jika dia tidur di rumah ini maka punggungnya akan menghadap ke jalan ini dan itu. Maka oleh karena itu, jika hari telah beranjak gelap masuklah kalian ke dalam rumah ini secara diam-diam, karena di saat suasana telah gelap tidak ada satu pun penjaga yang akan mengganggu pekerjaan kalian, dan kalian bisa bebas membunuhnya”.

Adzaz juga melanjutkan: “Jika nanti kalian telah memasuki rumah ini, maka kalian akan menemukan sebuah lentera dan senjata yang telah kupersiapkan (maka gunakanlah keduanya untuk menyelesaikan misi kalian)”.

Si utusan (Jisynas atau Fairuz) berkata: “Setelah semua arahan tadi telah kuterima dengan baik, aku pun segera keluar dari rumah. Dan pada saat aku keluar itulah aku bertemu dengan al-Aswad yang langsung menekan kepalaku ke arah tanah hingga hampir saja aku terjatuh -al-Aswad adalah seseorang yang sangat kuat-, dia menekan kepalaku sembari berkata: ‘Atas alasan apa engkau memasuki rumahku?’.

Ketika hampir saja al-Aswad membunuhku, tiba-tiba Adzaz langsung berteriak yang membuat al-Aswad kaget, Adzaz berkata: ‘Dia adalah sepupuku yang datang menjengukku, tolong ampunilah dia!’.

Al-Aswad berkata: ‘Sudahlah, aku akan mengampuninya karena dirimu’.

Setelah aku terlepas dari cengkraman al-Aswad, Adzaz segera kembali ke rumahnya dan aku sendiri segera menemui sahabat-sahabatku sembari berkata: ‘Tolong, tolong!’, dan setelah itu aku memberitahu mereka perihal apa yang telah terjadi padaku tadi.

Dan karena kisahku itulah kami semua pun menjadi bingung perihal apa yang harus kami lakukan selanjutnya (karena bisa saja al-Aswad curiga dan kemudian dia berhasil mengorek informasi dari Adzaz).

Akan tetapi tidak lama setelah itu datanglah seorang utusan yang membawa pesan dari Adzaz, isi pesannya sebagaimana berikut…

(-)“Jangan biarkan apa yang telah terjadi memecah fokusmu, karena aku saat ini (baik-baik saja dan) sedang menenangkannya (al-Aswad)”, perkataan ini sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Jarir ath-Thabariy dan Ibnul Atsir.

(-)“Janganlah kalian ragu untuk menyelesaikan apa yang telah kalian rencanakan dan apa yang telah kalian bertekad untuk menyelesaikannya”, perkataan ini sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Katsir.

Setelah itu berangkatlah Fairuz menuju rumah Adzaz untuk mempersiapkan segala sesuatunya…”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kelanjutan kisahnya akan saya paparkan pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment