Gambar oleh Dani Géza dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Pada artikel yang lalu saya telah
menyebutkan bahwa sepulangnya Fairuz dari membagi-bagikan daging unta dan sapi
bagi rakyat Shan’a, dia mendengar suara obrolan sayup-sayup antara seseorang
dengan al-Aswad yang membicarakan mengenai dirinya pada saat dia telah sampai
di gerbang istana. Hal apakah yang tengah dibicarakan oleh orang tersebut
dengan al-Aswad mengenai diri Fairuz?....
BACA JUGA:
TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 4).
TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 6).
Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah): “Berkata
Jisynas ad-Dailamiy: ‘…Pada saat Fairuz telah selesai membagi-bagikan daging
unta dan sapi tersebut, dia segera berbalik pulang menuju istana (demi
melaporkan pekerjaannya yang baru saja selesai).
Akan tetapi saat dia telah dekat dengan
tempat al-Aswad berada, dia mendengar suara obrolan seseorang yang sedang
berbincang dengan al-Aswad mengenai dirinya, dimana al-Aswad berkata kepada
orang tersebut: “Aku akan membunuhnya (Fairuz) besok beserta seluruh
teman-temannya (Qais, Dadzawaih, Jisynas, dkk)”.
Kemudian setelah dia al-Aswad mengatakan
hal tersebut, dia pun menengok dan langsung melihat Fairuz yang telah berada di
sampingnya sedari tadi. Fairuz sendiri tetap tenang dan segera melaporkan
mengenai pembagian daging unta dan sapi kepada al-Aswad.
(adapun pembagian tersebut adalah
sebagaimana berikut: Ibnu Jarir ath-Thabariy menulis di dalam kitabnya bahwa
Fairuz berkata: ‘Aku memberikan daging unta kepada sekelompok orang yang jumlah
mereka terdiri dari 3-10 orang, adapun bagi setiap rumah maka aku memberikan
kepada mereka daging sapi’).
Dan setelah laporan tersebut selesai,
al-Aswad langsung masuk ke istananya sementara Fairuz berbalik untuk pulang (ke
rumahnya). Dan pada saat dia bertemu dengan kami, dia segera memberitahu kami
perihal perkataan al-Aswad tadi.
Mendengar hal ini, kami segera memanggil
Qais untuk segera berkumpul. Dan pada saat dia telah datang, kami langsung
bermusyawarah dan akhirnya sepakat bahwa langkah kami selanjutnya adalah
menemui Adzaz untuk meminta pendapatnya mengenai apa yang harus kami lakukan
sebagai langkah penutup dalam menyelesaikan misi ini.
Kami juga sepakat bahwa dirikulah yang kali
ini harus menemuinya dan memberitahunya bahwa kami telah siap untuk melakukan
langkah terakhir. Maka setelah musyawarah selesai, aku segera menemui Adzaz dan
memberitahunya perihal kesiapan kami…’”.
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa orang yang ditugaskan
untuk menemui Adzaz adalah Fairuz dan bukannya Jisynas.
Adapun dialog yang terjadi antara Jisynas
atau Fairuz dengan Adzaz adalah sebagaimana berikut…
Ketika si utusan telah bertemu dengan Adzaz
dia berkata: “Bagaimana pendapatmu”.
Adzaz menjawab: “Dia itu sangat terjaga, dimana
tidak ada satu tempat pun di dalam istana kecuali pasti akan terdapat penjaga
disana, dan dia sendiri kemana pun dia pergi, maka pasti para penjaga akan
senantiasa berada di sekitarnya. Dan satu-satunya tempat dimana para penjaga tidak
ada di sekelilingnya adalah rumah ini, dan jika dia tidur di rumah ini maka
punggungnya akan menghadap ke jalan ini dan itu. Maka oleh karena itu, jika
hari telah beranjak gelap masuklah kalian ke dalam rumah ini secara diam-diam, karena
di saat suasana telah gelap tidak ada satu pun penjaga yang akan mengganggu
pekerjaan kalian, dan kalian bisa bebas membunuhnya”.
Adzaz juga melanjutkan: “Jika nanti kalian
telah memasuki rumah ini, maka kalian akan menemukan sebuah lentera dan senjata
yang telah kupersiapkan (maka gunakanlah keduanya untuk menyelesaikan misi
kalian)”.
Si utusan (Jisynas atau Fairuz) berkata: “Setelah
semua arahan tadi telah kuterima dengan baik, aku pun segera keluar dari rumah.
Dan pada saat aku keluar itulah aku bertemu dengan al-Aswad yang langsung
menekan kepalaku ke arah tanah hingga hampir saja aku terjatuh -al-Aswad adalah
seseorang yang sangat kuat-, dia menekan kepalaku sembari berkata: ‘Atas alasan
apa engkau memasuki rumahku?’.
Ketika hampir saja al-Aswad membunuhku,
tiba-tiba Adzaz langsung berteriak yang membuat al-Aswad kaget, Adzaz berkata: ‘Dia
adalah sepupuku yang datang menjengukku, tolong ampunilah dia!’.
Al-Aswad berkata: ‘Sudahlah, aku akan
mengampuninya karena dirimu’.
Setelah aku terlepas dari cengkraman
al-Aswad, Adzaz segera kembali ke rumahnya dan aku sendiri segera menemui
sahabat-sahabatku sembari berkata: ‘Tolong, tolong!’, dan setelah itu aku
memberitahu mereka perihal apa yang telah terjadi padaku tadi.
Dan karena kisahku itulah kami semua pun
menjadi bingung perihal apa yang harus kami lakukan selanjutnya (karena bisa
saja al-Aswad curiga dan kemudian dia berhasil mengorek informasi dari Adzaz).
Akan tetapi tidak lama setelah itu
datanglah seorang utusan yang membawa pesan dari Adzaz, isi pesannya
sebagaimana berikut…
(-)“Jangan biarkan apa yang telah terjadi
memecah fokusmu, karena aku saat ini (baik-baik saja dan) sedang menenangkannya
(al-Aswad)”, perkataan ini sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnu Jarir
ath-Thabariy dan Ibnul Atsir.
(-)“Janganlah kalian ragu untuk
menyelesaikan apa yang telah kalian rencanakan dan apa yang telah kalian
bertekad untuk menyelesaikannya”, perkataan ini sebagaimana yang dituliskan
oleh Ibnu Katsir.
Setelah itu berangkatlah Fairuz menuju
rumah Adzaz untuk mempersiapkan segala sesuatunya…”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Insya Allah kelanjutan kisahnya akan saya paparkan
pada artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment