Gambar oleh Rajesh Balouria dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Ini adalah kisah terakhir mengenai masuk
Islamnya suku-suku Yaman, pada kisah ini syaikh Shafyyur Rahman memfokuskan
kisahnya dengan hanya bercerita mengenai penghancuran sebuah patung yang di
miliki oleh suku Bujailah dan Khuts’am.
Bagaimanakah kisah tersebut?...
BACA JUGA:
KEISLAMAN SUKU-SUKU YAMAN (BAG, 3).
BEBERAPA KEJADIAN PENTING YANG TERJADI SEBELUM KEMUNCULAN AL-ASWAD AL-ANSI.
Berkata syaikh Shafiyyur Rahman: “Kedatangan
sahabat Jarir bin Abdillah al-Bajaliy dan peristiwa penghancuran patung Dzil
Khullashah.
Pada suatu hari datanglah sahabat Jarir bin
Abdillah al-Bajaliy menghadap Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam).
dan beliau ini termasuk ke dalam pembesar-pembesar sahabat.
Konon suku tempat beliau berasal yakni suku
Bujailah dan Khuts’am memiliki sebuah patung yang sangat besar yang mereka
jadikan sebagai sesembahan. Patung tersebut bernama Dzul Khullashah.
Saking bangganya anggota kedua suku
tersebut terhadap patung Dzul Khullashah, mereka pun menyamakannya dengan Ka’bah.
(mereka mengatakan bahwa patung tersebut setara kedudukannya dengan kedudukan
yang di miliki oleh Ka’bah. Hal ini tentu saja tidak benar).
Diantara bukti yang menunjukkan akan
kebanggaan mereka terhadap patung tersebut adalah perkataan mereka yang
mengisyaratkan akan setaranya kedudukan Ka’bah dengan Dzul Khullashah.
Mereka berkata mengenai Ka’bah, “Bahwa Ka’bah
adalah Ka’bahnya (tempat beribadahnya dan tempat berhajinya) orang-orang yang
berasal dari negeri Syam dan sekitarnya (seperti Madinah, Makkah, Iraq, dll).
Adapun mengenai patung mereka yang bernama
Dzul Khullashah ini, mereka berkata, “Bahwa patung Dzul Khullashah adalah Ka’bahnya
(tempat beribadahnya dan tempat berhajinya) orang-orang yang berasal dari
negeri Yaman dan sekitarnya (seperti Yaman sendiri, Oman, Najran, dll)”.
Mendengar perkataan mereka tentu saja
Rasulullah jengkel dan marah, karena bagaimana bisa sebuah patung yang hanya
terbuat dari kayu ataupun batu bisa menyamai Ka’bah dalam hal keagungan dan
kemuliaannya?.
Lanjut ke kisah, syaikh Shafiyyur Rahman
melanjutkan: “Maka pada suatu hari Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
berkata kepada Jarir bin Abdillah: {“Bisakah kamu mengistirahatkanku dari
Dzil Khullashah?”}.
(maksud beliau adalah “Bisakah engkau Jarir
mengistirahatkan pikiranku dari perilaku kaummu yang sangat membangga-banggakan
patung mereka yang bernama Dzul Khullashah ini?”. Belum lagi penyembahan terhadap
patung-patung sendiri memang sangatlah dilarang oleh agama Islam. Maka oleh
karena itu Nabi pun meminta kepada Jarir agar dia menghancurkan patung Dzul
Khullashah tersebut).
Syaikh Shafiyyur Rahman melanjutkan: “…Maka
ketika Jarir mendengar permintaan Nabi ini, beliau pun mengadukan kepada Nabi
bahwa beliau mempunyai masalah (yang dimana masalah inilah yang sepertinya
telah menghalanginya dari memusnahkan patung Dzul Khullashah sejak dulu) yang
dimana masalah tersebut adalah ketidak mampuannya dalam mengendarai dan tetap
berada diatas punggung kuda selama kuda tersebut berjalan maupun berlari.
Mendengar hal ini Nabi (Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam) pun langsung memukulkan (telapak) tangannya yang mulia ke dada
Jarir bin Abdillah seraya berdoa: {“Ya Allah, tetapkanlah dia (diatas
punggung kuda) dan jadikanlah dia seorang pemberi petunjuk sekaligus
seseorang yang senantiasa di beri petunjuk”}.
Maka semenjak hari itu, Jarir bin Abdillah
tidak pernah lagi terjatuh dari punggung kuda ketika dia mengendarainya.
Setelah di doakan oleh Nabi, Jarir segera
berangkat menuju ke tempat bersemayamnya patung Dzul Khullashah bersama 150
penunggang dari sukunya suku Ahmas -suku Ahmas ini adalah salah satu cabang
dari suku induk yakni suku Bujailah-.
Sesampainya Jarir dan sahabat-sahabatnya di
tempat Dzul Khullashah, beliau segera menghancurkan patung tersebut sekaligus
rumah yang menaunginya selama ini, membakarnya, dan meninggalkannya dalam
keadaan hangus terbakar.
Lalu setelah semuanya selesai, Jarir segera
mengirim Abu Arthaah kepada Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) demi
mengkhabari beliau akan suksesnya misi penghancuran patung Dzul Khullashah.
Dan ketika beliau mendengar kabar tersebut,
beliau pun langsung mendoakan keberkahan bagi kuda-kudanya suku Ahmas juga bagi
para pengendara kuda-kuda tersebut sebanyak lima kali”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Dan ketika keadaan di Yaman telah tenang,
dan ketika semuanya hidup dalam keadaan damai dan tentram, tiba-tiba muncullah
seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus…
Siapakah orang itu?.
Insya Allah kisah mengenai orang tersebut
akan saya ceritakan pada artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment