Wednesday, September 22, 2021

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 4).

 

Gambar oleh Dan Fador dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata Ibnul Atsir ketika melanjutkan kisah mengenai al-Aswad: “Berkata Jisynas ad-Dailamiy: ‘…Maka aku pun memutuskan untuk menemui Adzaz yang dimana wanita ini di nikahi oleh al-Aswad setelah dia membunuh suaminya yang bernama Syahr bin Badzan.

Tujuanku dari menemuinya adalah untuk mengajaknya agar dia bersedia untuk ikut andil dalam rencana yang akan kami jalankan, juga sekaligus mengingatkannya perihal peristiwa ketika suaminya dibunuh (oleh al-Aswad), keluarga-keluarganya di bantai, dan berbagai bentuk pelecehan yang dilakukan oleh al-Aswad terhadap kehormatan para wanita…’”.

BACA JUGA:

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 3).  

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 5).

Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir menyebutkan secara rinci dialog yang terjadi antara Adzaz dan Jizynas, dialog tersebut sebagaimana berikut…

Jisynas berkata: “Aku pun memutuskan untuk menemui istri al-Aswad yang bernama Adzaz, dan ketika aku telah bertemu dengannya aku berkata padanya: ‘Wahai puteri pamanku, sungguh aku telah mengetahui seberapa besar kejahatan orang ini (al-Aswad) terhadap kaummu, dia telah membunuh suamimu, membantai sebagian besar kaummu, gemar melecehkan dan merendahkan orang-orang yang tersisa dan masih hidup dari mereka, juga gemar melecehkan kehormatan wanita. Maka dengan semua kejahatan yang dilakukannya ini, apakah engkau bisa membantu kami?’.

Dia bertanya kembali: “Membantu kalian untuk melakukan apa?”.

Aku menjawab: “Membantu kami untuk mengusirnya”.

Dia menimpali jawabanku dengan berkata: “Atau membunuhnya?”.

Aku menjawab: “Iya, atau membunuhnya”.

Dia berkata: “Baiklah, aku akan membantu kalian dalam melakukan hal tersebut. Sungguh Allah tidak pernah menciptakan sesosok makhluk yang paling aku benci selain dirinya. Dia tidak pernah menunaikan hak-hak Allah, dan juga sangat gemar melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang. Oleh karena itu, jika kalian telah siap untuk melakukan misi kalian, maka beritahu aku, karena aku akan menunjuki kalian terhadap apa saja yang dibutuhkan untuk menuntaskan misi ini!”.

Lanjut ke kisah yang dibawakan oleh Ibnul Atsir, beliau berkata: “Berkata Jisynas ad-Dailamiy: ‘Setelah dialog antara diriku dengan Adzaz selesai, aku pun segera keluar (dari rumahnya) untuk menemui Fairuz, Dadzawaih, dan Qais, juga sekaligus untuk memberitahu mereka perihal dialog yang terjadi antara diriku dengan Adzaz.

Dan saat kami tengah berbincang, tiba-tiba datanglah seorang utusan yang diutus oleh al-Aswad untuk menyuruh Qais agar segera menghadap dirinya di istana, maka Qais pun segera berangkat menuju istana.

Sesampainya dia di sana, ternyata dia masuk bersamaan dengan masuknya 10 orang yang berasal dari suku Mudzhij dan Hamadan. Dan dengan masuknya kesepuluh orang tersebut, Qais pun tidak bisa mewujudkan keinginannya untuk segera membunuh al-Aswad’”.

Pada saat Qais telah bertemu dengan al-Aswad, terjadilah percakapan antara mereka berdua yang bunyinya sebagaimana berikut…

Al-Aswad berkata: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu hal-hal yang benar sementara engkau mengatakan kepadaku hal-hal yang dusta!. Sungguh dia (si setan) berkata: ‘Sungguh sangat buruk, sungguh sangat buruk!. Jika engkau tidak memotong tangan Qais sekarang, maka pasti dia nanti yang akan memotong lehermu sebagai gantinya!’”.

Pada saat al-Aswad mengatakan hal ini, Qais merasa seakan-akan dia pasti akan segera di eksekusi oleh al-Aswad pada saat itu juga.

Dia pun membalas perkataan al-Aswad dengan berkata: “Sungguh apa yang dia (setan itu) beritahukan kepadamu adalah sebuah kebohongan. Apakah aku akan membunuhmu sementara engkau adalah utusan Allah!. Oleh karena itu perintahkanlah orang-orangmu untuk melakukan sesuatu terhadap diriku sesuka hatimu, atau jika engkau enggan, maka bunuhlah aku saja, karena sungguh 1 kematian itu lebih ringan bagiku daripada aku harus mati berkali-kali setiap hari!”.

Ibnul Atsir berkata: “Berkata Jisynas: ‘Ketika mendengar perkataan Qais tadi, al-Aswad pun merasa iba padanya dan segera memerintahkannya untuk keluar dari istana, maka Qais pun keluar.

Dan pada saat dia melewati kami, dia berkata: “Selesaikanlah (segera) pekerjaan kalian!”. Sembari tetap berjalan dan tidak berdiam diri bersama kami’”.

Dalam riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, Jisynas berkata: “Dan pada saat kami sedang berunding di depan pintu istana, tiba-tiba al-Aswad keluar (menuju pekarangan istana) dimana (di tempat tersebut) telah di siapkan baginya 100 ekor hewan campuran antara unta dan sapi.

Sesampainya dia di tempat berkumpulnya 100 ekor unta dan sapi tersebut, dia langsung membuat sebuah garis, dan ke seratus ekor hewan tadi di bariskan di sisi lain dari garis tersebut. Dan al-Aswad sendiri berdiri di sisi satunya.

Dan saat semua hewan tadi telah dibariskan, dia langsung menyembelih semua hewan tadi secara membabi-buta hingga tidak ada satu hewan pun yang sempat melangkahkan kakinya melewati garis yang telah di buat olehnya. Dan saat proses penyembelihan yang ganas tersebut usai, semua hewan-hewan tadi pun bergerak-gerak tanpa aturan hingga nyawanya di cabut.

Qais berkata saat melihat kejadian ini: “Aku tidak pernah melalui satu hari pun yang lebih menakutkan dan lebih brutal dari hari tersebut”.

Kemudian al-Aswad berkata kepada Fairuz: “Apakah benar apa yang telah sampai di telingaku mengenai dirimu wahai Fairuz?. Sungguh aku benar-benar ingin menyembelihmu sebagaimana aku menyembelih hewan-hewan ini!”. Dia mengatakan hal tersebut sembari mengambil sebatang tombak.

Fairuz menjawab: “Sungguh engkau telah memilih kami untuk menjadi iparmu, dan telah memuliakan kami dari segenap keturunan Persia yang lain. Jikalau saja engkau ini bukanlah seorang Nabi, maka pasti kami telah memberikan segala kemuliaan ini ke tangan orang lain. Bagaimana mungkin kami rela memberikan segala kemuliaan tersebut ke tangan orang lain jika kami mendapatkan dunia dan akhirat sekaligus sebagai gantinya?. Maka oleh karena itu, janganlah engkau terima mentah-mentah semua yang di sampaikan orang kepada dirimu. Karena kami ini senantiasa melakukan apa saja yang engkau ridhoi!”.

Setelah mendengar hal ini, al-Aswad pun menjadi tenang dan reda amarahnya, dia pun memerintahkan Fairuz untuk membagi-bagikan daging unta dan sapi yang tadi di sembelihnya kepada semua masyarakat. Maka Fairuz pun segera melaksanakan perintah tersebut dengan sangat baik.

Dan ketika pekerjaannya telah selesai, dia segera kembali ke istana demi menemui al-Aswad, akan tetapi saat dia sampai di gerbang istana, dia mendengar sayup-sayup ada seseorang yang tengah membicarakan dirinya bersama dengan al-Aswad…”.

Apa gerangan yang dibicarakan oleh orang tersebut bersama al-Aswad mengenai Fairuz?.

Insya Allah kelanjutan kisahnya akan saya sampaikan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment