Friday, September 17, 2021

KEMUNCULAN AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 3).

 

Gambar oleh Oimheidi dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sebelum saya mulai menjelaskan mengenai pergerakan al-Aswad, saya ingin meralat terlebih dahulu mengenai terjemahan saya terhadap perkataan Ibnu Jarir yang berbunyi “bahwa al-Aswad sama sekali tidak memperhitungkan kekuatan yang di miliki oleh Farwah bin Musaik, dan dia sama sekali tidak menulis sepucuk surat pun kepada Farwah, karena baginya kekuatan Farwah tidaklah sebanding dengan kekuatan yang dimilikinya”.

Sebenarnya terjemahan ini salah, dan yang benar adalah “bahwa al-Aswad ketika dia telah mengumumkan pemberontakan sekaligus kemurtadannya dengan cara menyerang negeri Najran untuk kemudian menyerang negeri Shan’a, dia sama sekali tidak menulis sepucuk surat pun kepada Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) demi memberitahu beliau akan kemurtadannya sebagaimana yang dilakukan oleh Musailamah al-Kadzdzab. Adapun alasan yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut adalah karena dia tidak memiliki kekuatan yang cukup yang bisa membantunya dalam melawan kekuatan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang sangat besar. Oleh karena itu dia tidak menulis sepucuk surat pun kepada Rasulullah mengenai kemurtadannya”. Wallahu A’lam.

BACA JUGA:

KEMUNCULAN AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 2). 

TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI(BAG, 1).

Dan sekarang saya akan melanjutkan kembali penjelasan mengenai pergerakan al-Aswad. Semua sejarawan muslim seperti Ibnul Jauziy di dalam kitabnya al-Muntadzam fi Tarikhil Muluki wal Umam, juga Ibnu Jarir di dalam kitabnya Tarikhul Umam wal Muluk, juga Ibnul Atsir di dalam kitabnya al-Kamil fit Tarikh, dan juga Ibnu Katsir di dalam kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah sepakat bahwa kisah mengenai pergerakan al-Aswad adalah kurang lebih sebagaimana berikut…

(Karena para ulama diatas masing-masing dari mereka membawakan kisah yang mirip satu sama lain mengenai pergerakan al-Aswad maka kali ini saya akan mengambil kisahnya khusus dari kitabnya Ibnu Katsir saja)

Berkata Ibnu Katsir (Rahimahullah): “Nama al-Aswad al-Ansi adalah ‘Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts, orang ini berasal dari sebuah daerah yang bernama Kahf Khuban. Dia keluar sembari membawa sebuah pasukan yang berjumlah 700 orang.

Ketika dia muncul dia menulis sebuah surat yang dia tujukan kepada seluruh wakil-wakil Nabi yang ada di Yaman, surat tersebut berbunyi: “Wahai sekalian para pendatang, kembalikanlah kepada kami seluruh tanah atau daerah yang telah kalian ambil dari tangan kami, begitu juga dengan seluruh harta yang telah kalian kumpulkan, karena kami lebih berhak untuk memiliki daerah dan harta tersebut. Adapun kalian, maka bagi kalian adalah apa yang memang kalian miliki sejak awal kedatangan kalian ke negeri kami!”.

Setelah itu dia segera bergerak menuju ke negeri Najran, dan sesampainya dia disana dia langsung bisa mengambil alih daerah tersebut dari tangan para wakil Nabi. Orang ini berhasil mengambil alih kota Najran hanya dalam kurun waktu 10 hari semenjak dia berangkat dari kampung halamannya. Tidak lama kemudian dia kembali bergerak menuju kota Shan’a.

Sesampainya dia di kota tersebut, dia langsung berhadapan dengan Syahr bin Badzan yang telah bersiap dengan pasukannya sendiri demi menghentikan laju pemberontakan al-Aswad. Akan tetapi sayangnya al-Aswad berhasil membunuh Syahr bin Badzan sekaligus menghancur leburkan pasukan Syahr yang terdiri dari anak-anak keturunan Persia.

Al-Aswad berhasil menguasai kota Shan’a dalam kurun waktu 25 hari setelah kemunculannya.

Sahabat Mu’adz bin Jabal yang saat itu sedang berada di kota Shan’a segera keluar dari kota tersebut, dan di tengah jalan beliau bertemu dengan sahabat Abu Musa al-Asy’ariy (Radhiyallahu ‘Anhuma). Mereka berdua pun sepakat untuk pergi ke kota Hadramaut.

Adapun para wakil Rasulullah yang tersisa, mereka semua segera bergabung atau meminta perlindungan kepada seorang wakil Rasulullah yang bernama ath-Thahir bin Abi Halah (karena posisi atau daerah tanggung jawab ath-Thahir dianggap sebagai daerah yang aman, hal tersebut dikarenakan daerah tugasnya yang terletak diatas pegunungan yang bernama pegunungan ‘Akk dan pegunungan Shan’a).

Akan tetapi tidak semua wakil Rasulullah meminta pertolongan kepada ath-Thahir, karena 2 orang dari mereka yang bernama ‘Amr bin Hazm juga Khalid bin Said bin al-‘Ash lebih memilih untuk pulang ke kota Madinah.

Dan setelah al-Aswad berhasil menguasai kota Shan’a juga setelah tercerai berainya para wakil Rasulullah, akhirnya seluruh negeri Yaman pun tunduk kepada kekuasaan al-Aswad. Dan layaknya api yang melahap dedaunan kering pada musim kemarau, secepat itulah kekuasaan al-Aswad meliputi negeri Yaman secara keseluruhan.

Pasukannya sendiri pada saat bertemu dengan pasukan Syahr hanya berjumlah 700 penunggang kuda. Dan setelah kemenangannya tersebut, dia segera mengangkat teman-temannya menjadi pemimpin, mereka adalah: Qais bin ‘Abdi Yaguts al-Muradiy, Mu’awiyah bin Qais, Yazid bin Mukhzim, dan Yazid bin al-Afkal al-Azdiy.

Semakin hari cengkraman al-Aswad atas negeri Yaman semakin menguat, dan akibatnya sebagian rakyat Yaman pun memutuskan untuk murtad dari agama Islam. Adapun kaum muslimin, maka mereka lebih memilih untuk melaksanakan syariat Islam secara sembunyi-sembunyi.

Al-Aswad menunjuk seseorang yang bernama ‘Amr bin Ma’di Yakrib sebagai penggantinya dalam mengurusi urusan-urusan suku Mudzhij. Dia juga menunjuk Qais bin ‘Abdi Yaguts sebagai komandan pasukan sekaligus orang yang bertanggung jawab mengenai urusan-urusan militer.

Adapun urusan para anak keturunan Persia, maka dia menunjuk Fairuz ad-Dailamiy dan Dadzawaih sebagai penanggung jawab urusan mereka.

Dia juga memutuskan untuk menikahi bekas istri Syahr bin Badzan, yang dimana wanita ini adalah sepupu Fairuz ad-Dailamiy. Nama wanita ini adalah Adzaz. Wanita ini adalah seorang wanita yang sangat cantik, selain itu dia juga adalah seorang wanita muslimah yang beriman kepada Allah dan RasulNya (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dan termasuk ke dalam golongan wanita-wanita shalihah”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.  

Inilah kisah mengenai kemunculan al-Aswad al-Ansi, dan pada artikel selanjutnya Insya Allah saya akan mengisahkan mengenai terbunuhnya orang ini di tangan para anak keturunan Persia.

Was-Salam.

     

 

0 comments:

Post a Comment