Gambar oleh Oimheidi dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala
Rasulillah.
Sebelum saya mulai menjelaskan mengenai
pergerakan al-Aswad, saya ingin meralat terlebih dahulu mengenai terjemahan
saya terhadap perkataan Ibnu Jarir yang berbunyi “bahwa al-Aswad sama sekali
tidak memperhitungkan kekuatan yang di miliki oleh Farwah bin Musaik, dan dia
sama sekali tidak menulis sepucuk surat pun kepada Farwah, karena baginya
kekuatan Farwah tidaklah sebanding dengan kekuatan yang dimilikinya”.
Sebenarnya terjemahan ini salah, dan yang
benar adalah “bahwa al-Aswad ketika dia telah mengumumkan pemberontakan
sekaligus kemurtadannya dengan cara menyerang negeri Najran untuk kemudian
menyerang negeri Shan’a, dia sama sekali tidak menulis sepucuk surat pun kepada
Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) demi memberitahu beliau akan
kemurtadannya sebagaimana yang dilakukan oleh Musailamah al-Kadzdzab. Adapun alasan
yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut adalah karena dia tidak memiliki
kekuatan yang cukup yang bisa membantunya dalam melawan kekuatan Rasulullah (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam) yang sangat besar. Oleh karena itu dia tidak menulis
sepucuk surat pun kepada Rasulullah mengenai kemurtadannya”. Wallahu A’lam.
BACA JUGA:
KEMUNCULAN AL-ASWAD AL-ANSI (BAG, 2).
TERBUNUHNYA AL-ASWAD AL-ANSI(BAG, 1).
Dan sekarang saya akan melanjutkan kembali
penjelasan mengenai pergerakan al-Aswad. Semua sejarawan muslim seperti Ibnul
Jauziy di dalam kitabnya al-Muntadzam fi Tarikhil Muluki wal Umam, juga
Ibnu Jarir di dalam kitabnya Tarikhul Umam wal Muluk, juga Ibnul Atsir
di dalam kitabnya al-Kamil fit Tarikh, dan juga Ibnu Katsir di dalam
kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah sepakat bahwa kisah mengenai pergerakan
al-Aswad adalah kurang lebih sebagaimana berikut…
(Karena para ulama diatas masing-masing
dari mereka membawakan kisah yang mirip satu sama lain mengenai pergerakan
al-Aswad maka kali ini saya akan mengambil kisahnya khusus dari kitabnya Ibnu
Katsir saja)
Berkata Ibnu Katsir (Rahimahullah): “Nama
al-Aswad al-Ansi adalah ‘Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts, orang ini berasal dari
sebuah daerah yang bernama Kahf Khuban. Dia keluar sembari membawa sebuah
pasukan yang berjumlah 700 orang.
Ketika dia muncul dia menulis sebuah surat
yang dia tujukan kepada seluruh wakil-wakil Nabi yang ada di Yaman, surat
tersebut berbunyi: “Wahai sekalian para pendatang, kembalikanlah kepada kami
seluruh tanah atau daerah yang telah kalian ambil dari tangan kami, begitu juga
dengan seluruh harta yang telah kalian kumpulkan, karena kami lebih berhak
untuk memiliki daerah dan harta tersebut. Adapun kalian, maka bagi kalian
adalah apa yang memang kalian miliki sejak awal kedatangan kalian ke negeri
kami!”.
Setelah itu dia segera bergerak menuju ke
negeri Najran, dan sesampainya dia disana dia langsung bisa mengambil alih
daerah tersebut dari tangan para wakil Nabi. Orang ini berhasil mengambil alih
kota Najran hanya dalam kurun waktu 10 hari semenjak dia berangkat dari kampung
halamannya. Tidak lama kemudian dia kembali bergerak menuju kota Shan’a.
Sesampainya dia di kota tersebut, dia
langsung berhadapan dengan Syahr bin Badzan yang telah bersiap dengan
pasukannya sendiri demi menghentikan laju pemberontakan al-Aswad. Akan tetapi
sayangnya al-Aswad berhasil membunuh Syahr bin Badzan sekaligus menghancur
leburkan pasukan Syahr yang terdiri dari anak-anak keturunan Persia.
Al-Aswad berhasil menguasai kota Shan’a dalam
kurun waktu 25 hari setelah kemunculannya.
Sahabat Mu’adz bin Jabal yang saat itu
sedang berada di kota Shan’a segera keluar dari kota tersebut, dan di tengah jalan
beliau bertemu dengan sahabat Abu Musa al-Asy’ariy (Radhiyallahu ‘Anhuma).
Mereka berdua pun sepakat untuk pergi ke kota Hadramaut.
Adapun para wakil Rasulullah yang tersisa,
mereka semua segera bergabung atau meminta perlindungan kepada seorang wakil
Rasulullah yang bernama ath-Thahir bin Abi Halah (karena posisi atau daerah
tanggung jawab ath-Thahir dianggap sebagai daerah yang aman, hal tersebut
dikarenakan daerah tugasnya yang terletak diatas pegunungan yang bernama pegunungan
‘Akk dan pegunungan Shan’a).
Akan tetapi tidak semua wakil Rasulullah
meminta pertolongan kepada ath-Thahir, karena 2 orang dari mereka yang bernama ‘Amr
bin Hazm juga Khalid bin Said bin al-‘Ash lebih memilih untuk pulang ke kota
Madinah.
Dan setelah al-Aswad berhasil menguasai
kota Shan’a juga setelah tercerai berainya para wakil Rasulullah, akhirnya
seluruh negeri Yaman pun tunduk kepada kekuasaan al-Aswad. Dan layaknya api yang
melahap dedaunan kering pada musim kemarau, secepat itulah kekuasaan al-Aswad
meliputi negeri Yaman secara keseluruhan.
Pasukannya sendiri pada saat bertemu dengan
pasukan Syahr hanya berjumlah 700 penunggang kuda. Dan setelah kemenangannya
tersebut, dia segera mengangkat teman-temannya menjadi pemimpin, mereka adalah:
Qais bin ‘Abdi Yaguts al-Muradiy, Mu’awiyah bin Qais, Yazid bin Mukhzim, dan
Yazid bin al-Afkal al-Azdiy.
Semakin hari cengkraman al-Aswad atas
negeri Yaman semakin menguat, dan akibatnya sebagian rakyat Yaman pun
memutuskan untuk murtad dari agama Islam. Adapun kaum muslimin, maka mereka
lebih memilih untuk melaksanakan syariat Islam secara sembunyi-sembunyi.
Al-Aswad menunjuk seseorang yang bernama ‘Amr
bin Ma’di Yakrib sebagai penggantinya dalam mengurusi urusan-urusan suku
Mudzhij. Dia juga menunjuk Qais bin ‘Abdi Yaguts sebagai komandan pasukan sekaligus
orang yang bertanggung jawab mengenai urusan-urusan militer.
Adapun urusan para anak keturunan Persia,
maka dia menunjuk Fairuz ad-Dailamiy dan Dadzawaih sebagai penanggung jawab
urusan mereka.
Dia juga memutuskan untuk menikahi bekas
istri Syahr bin Badzan, yang dimana wanita ini adalah sepupu Fairuz
ad-Dailamiy. Nama wanita ini adalah Adzaz. Wanita ini adalah seorang wanita
yang sangat cantik, selain itu dia juga adalah seorang wanita muslimah yang
beriman kepada Allah dan RasulNya (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dan
termasuk ke dalam golongan wanita-wanita shalihah”. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Inilah kisah mengenai kemunculan al-Aswad
al-Ansi, dan pada artikel selanjutnya Insya Allah saya akan mengisahkan
mengenai terbunuhnya orang ini di tangan para anak keturunan Persia.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment