Gambar oleh Die_Sonja dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Tidak lama setelah sahabat Ukkasyah dan
Tsabit (Radhiyallahu ‘Anhuma) terbunuh, datanglah pasukan Islam bersama
Khalid bin Walid (Radhiyallahu ‘Anhu), dan ketika mereka mendapati jasad
kedua sahabat yang mulia di atas, mereka pun sangat sedih atas apa yang menimpa
keduanya…
Berkata Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah):
“…Tidak lama kemudian, akhirnya Khalid bersama pasukannya pun tiba di tempat
kedua sahabat tadi terbunuh, dan yang mereka dapati terlebih dahulu jasadnya
adalah jasad sahabat Tsabit bin Aqram. Pada awal mulanya mereka tidak menyadari
bahwa mereka telah lewat di samping jasad sahabat Tsabit, hingga ketika ada
seorang penunggang kuda yang merasa bahwa kudanya telah menginjak sesuatu, maka
pada saat itulah mereka sadar bahwa jasad yang sedari tadi mereka lewati adalah
jasad pengintai mereka yaitu sahabat Tsabit bin Aqram (Radhiyallahu ‘Anhu).
BACA JUGA:
KISAH
TERBUNUHNYA UKKASYAH BIN MIHSHAN DAN TSABIT BIN AQRAM (RADHIYALLAHU ‘ANHUM).
Maka ketika mereka akhirnya sadar bahwa jasad tersebut adalah jasad sahabat Tsabit, mereka pun langsung merasa sedih atas terbunuhnya beliau. Dan dengan mengikuti naluri, mereka pun memeriksa di sekitar area tempat jasad sahabat Tsabit ditemukan. Dan benar saja, tidak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya mereka menemukan pula jasad sahabat Ukkasyah bin Mihshan (Radhiyallahu ‘Anhu).
Seketika suasana pun menjadi gempar karena
terbunuhnya kedua sahabat tersebut, dan kaum muslimin berkata: ‘(pada hari ini)
Telah terbunuh 2 orang pemuka kaum muslimin, juga 2 orang penunggang kuda
terbaik mereka’. Dan setelah itu Khalid pun memerintahkan pasukannya untuk
segera berangkat menuju pemukiman suku Thayyi’”.
Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata
dalam kitabnya bahwa ketika Khalid dan pasukannya mendapati jasad kedua sahabat
tadi, beliau pun memerintahkan agar mereka berdua segera di kubur sekaligus
dengan baju yang mereka pakai saat mereka terbunuh.
Hal ini tentunya berlandaskan perintah Nabi
(Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), dimana beliau memerintahkan para sahabat
seusai perang Uhud untuk menguburkan para korban yang berjatuhan langsung
dengan baju yang mereka pakai saat terbunuh tanpa di mandikan dan tanpa di
sholatkan, kisah mengenai hal ini bisa kita baca di buku karangan syaikh
Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy (Rahimahullah).
Maka dengan perintah tersebut, Khalid telah
melaksanakan salah satu sunnah dari begitu banyak sunnah Nabi yang beliau
anjurkan kaum muslimin untuk mengamalkannya dalam peperangan. Dan karena sebab
itulah (mengamalkan sunnah Nabi) kaum muslimin di masa-masa awal mereka, mereka
senantiasa di berikan kemenangan dan kejayaan oleh Allah (Subhanahu Wa Ta’ala),
dan inilah juga satu-satunya cara yang harus ditempuh oleh kaum muslimin di
zaman ini jika mereka ingin di beri kemenangan dan kejayaan pula oleh Allah
sebagaimana para pendahulu mereka.
Lanjut ke kisah, berkata Ibnu Jarir
ath-Thabariy (Rahimahullah): “Berkata Hisyam: ‘Berkata Abu Mikhnaf: ‘Telah
menceritakan kepadaku Sa’ad bin Mujahid, dari al-Mahal bin Khalifah, dari Adi bin
Hatim, beliau berkata: ‘Aku mengirimkan surat kepada Khalid bin Walid yang
berisi: ‘Datanglah kepadaku dan berdiam dirilah di sisiku (kampungku) selama
beberapa hari hingga aku selesai mengirimkan surat ke seluruh suku-suku (cabang)
Thayyi’. Karena sungguh aku mampu untuk mengumpulkan dari anggota suku Thayyi’
sebuah pasukan yang jumlahnya melebihi jumlah pasukan yang engkau bawa pada
saat ini, untuk kemudian engkau bisa bebas membawa mereka untuk melawan musuhmu’.
Beliau melanjutkan: ‘Maka Khalid pun berjalan bersama pasukannya menuju
kampungku’.
Berkata Hisyam: ‘Berkata Abu Mikhnaf: ‘Telah
menceritakan kepada kami Abdussalam bin Suwaid bahwa ada sebagian kaum Anshar
yang bercerita kepadanya bahwa ketika Khalid melihat pasukannya telah tenggelam
dalam kesedihan akibat terbunuhnya sahabat Tsabit dan Ukkasyah, beliau berkata
kepada mereka: ‘Apakah kalian ingin agar aku menggantikan kalian dengan sebuah
suku dari suku-suku arab yang memiliki jumlah yang sangat banyak lagi memiliki
kekuatan yang sangat besar, dimana tidak ada seorang pun dari mereka yang
murtad dari agama Islam?’.
Pasukannya bertanya balik: ‘Suku yang
manakah yang engkau maksud?, sungguh demi Allah suku tersebut adalah suku
terbaik’.
Khalid menjawab: ‘Suku yang kumaksud adalah
suku Thayyi’’.
Mereka berkata: ‘Semoga Allah memberikan
taufik kepadamu, sungguh ide-idemu adalah ide-ide yang sangat cemerlang!’.
Maka setelah itu berangkatlah Khalid
bersama pasukannya menuju perkampungan suku Thayyi’’.
Berkata Hisyam: ‘Telah menceritakan
kepadaku Judail bin Khabbab an-Nabhaniy dari Bani ‘Amr bin Abi bahwa Khalid
berjalan bersama pasukannya hingga sampai di daerah Arak yang terletak di kota
Salma’.
Berkata Hisyam: ‘Berkata Abu Mikhnaf: ‘Telah
menceritakan kepadaku Ishaq bahwa Khalid berjalan bersama pasukannya hingga
tiba di daerah Aja’ (adapun Aja’ dan Salma adalah nama 2 buah gunung yang
berada di tanah suku Thayyi’, dan biasanya keduanya di sebut sebagai gunung
Thayyi’. Letaknya di sisi barat laut kota Madinah), kemudian di sana beliau
bersiap untuk memerangi Thulaihah. Kemudian setelah beliau siap, beliau pun
berangkat menuju Buzakhah. Adapun suku Banu Amir yang tinggal di dekat daerah
tersebut (yakni Buzakhah), mereka sama sekali tidak berniat untuk ikut campur,
dimana mereka semua beserta seluruh pemuka-pemuka suku mereka berdiam diri di
daerah mereka sembari mencuri-curi kabar mengenai pihak yang manakah yang akan
keluar sebagai pemenang’”.
Adapun Ibnu Katsir menuliskan dalam
kitabnya bahwa yang mencuri-curi kabar mengenai pihak yang manakah yang akan
keluar sebagai pemenang bukan hanya suku Bani Amir, akan tetapi mayoritas
suku-suku arab badui yang tinggal dan menetap di dekat daerah konflik tersebut.
Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Seluruh kisah yang dibawakan oleh Hisyam
disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam kitabnya.
Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel
selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment