Tuesday, October 5, 2021

KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG, 1).

 

Gambar oleh fsbraun dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Berkata al-Muthahhir bin Thahir al-Maqdisiy (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Badu wat-Tarikh: “Kisah Thulaihah bin Khuwailid al-Asadiy. Orang ini termasuk ke dalam rombongan para utusan yang berdatangan ke Madinah (di tahun 9 hijriyyah), yang pada akhirnya dia pun memutuskan untuk murtad dan mengaku bahwa dirinya telah di angkat menjadi Nabi.

Adapun alasan yang dibuatnya demi membenarkan pengakuannya tersebut adalah: dia mengaku bahwa Dzun Nun (julukan Dzun Nun di dalam al-Qur’an di sematkan kepada Nabi Yunus (‘Alaihis Salam)) telah mendatanginya dan memberinya wahyu. Dan diantara orang-orang yang (dengan bodohnya) mempercayai perkataannya adalah seseorang yang bernama ‘Uyainah bin Hishn…”.

Ibnul Atsir (Rahimahullah) menyebutkan dalam kitabnya al-Kamil fit-Tarikh bahwa Thulaihah mengaku bahwa yang mendatanginya dan memberinya wahyu adalah malaikat Jibril dan bukan Dzun Nun. Wallahu A’lam pendapat yang mana yang benar.

BACA JUGA:

KEMBALI KE MASA LALU.

KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG,2).

Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuriy (Rahimahullah) menyebutkan dalam kitabnya Raudhatul Anwar kisah kedatangan utusan suku Bani Asad bin Khuzaimah (suku yang kepadanyalah Thulaihah dinisbatkan) ke kota Madinah di awal tahun 9 hijriyyah. Kisahnya sebagaimana berikut…

Berkata syaikh Shafiyyur Rahman: “Utusan suku Bani Asad bin Khuzaimah. Pada permulaan tahun 9 hijriyyah datanglah 10 orang utusan dari suku ini, dan bersamaan dengan kedatangan mereka di kota Madinah, Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sedang duduk-duduk bersama para sahabat di masjid.

Setibanya ke sepuluh orang tadi di pelataran masjid, mereka pun mengucapkan salam kepada Nabi dan para sahabat untuk kemudian juru bicara mereka pun berkata: ‘Wahai Rasulullah!. Sesungguhnya kami telah bersaksi bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tiada sekutu bagiNya, dan bahwa engkau adalah hamba dan utusanNya. Kami mendatangimu wahai Rasulullah karena engkau tidak pernah mengirimkan kepada kami seorang utusan pun (dari sahabat-sahabatmu), kami juga telah memeluk Islam dan tidak pernah sekali pun memerangimu sebagaimana yang dilakukan oleh suku Bani Fulan, dan kami yang datang saat ini mewakili saudara-saudara kami yang tidak sempat datang (yang artinya suku ini telah memeluk Islam secara keseluruhan saat itu)’.

Maka saat sang juru bicara telah menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba turunlah sebuah ayat kepada Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Ayat tersebut berbunyi: {“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar”} (al-Hujurat ayat 17)…”.

Setelah itu syaikh Shafiyyur Rahman melanjutkan kisah dengan mengatakan bahwa para utusan suku Bani Asad tersebut bertanya kepada Rasulullah mengenai sebagian perbuatan yang mereka lakukan pada saat mereka masih musyrik, “apakah perbuatan tersebut di perbolehkan atau tidak?” dimana perbuatan-perbuatan tersebut adalah perbuatan yang memiliki kaitan dengan alam gaib, seperti perdukunan dan lain-lain. Dan tentu saja Nabi pun melarang mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.

Setelah itu para utusan suku Bani Asad memutuskan untuk menetap di Madinah selama beberapa waktu sebelum kembali ke kampung halaman mereka. Dimana mereka semua menghabiskan waktu mereka di Madinah dengan mempelajari ilmu Faraidh (ilmu yang membahas mengenai pembagian warisan).

Dan sesampainya para utusan tadi di kampung halaman mereka, Thulaihah pun langsung mendapatkan ide untuk mengaku bahwa dirinya telah diberi wahyu…

Berkata Ibnul Jauziy (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Muntazham fi Tarikhil Muluki wal Umam: “Pembahasan mengenai Thulaihah bin Khuwailid. Thulaihah mengumumkan kemurtadannya setelah al-Aswad, dimana dia mengaku bahwa dirinya telah diangkat menjadi seorang Nabi. Dan berkat pengakuannya tersebut dia pun diikuti oleh mayoritas masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan agama sedikit pun, dia dan pengikutnya menetap di daerah Sumaira’.

Dan pada saat pengikut Thulaihah semakin hari semakin bertambah kuat, seseorang yang bernama Sinan bin Abi Sinan pun mengirimkan sebuah surat kepada Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) yang berisi kabar mengenai perkembangan yang sangat mengkhawatirkan dari gerakan kemurtadan yang dipimpin oleh Thulaihah.

Thulaihah sendiri mengutus keponakannya yang bernama Khubal kepada Rasulullah. Thulaihah memerintahkan sang keponakan agar menyampaikan kabar mengenai perkembangan terkini dari pengikutnya kepada Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), juga agar sang keponakan menyampaikan ajakannya kepada Nabi untuk melakukan gencatan senjata antara dua pihak.

Thulaihah menyebut dirinya sebagai Dzun Nun, dia berkata bahwa yang menyebabkan dia menamai dirinya dengan Dzun Nun adalah karena sosok yang mendatanginya sekaligus yang memberinya wahyu adalah sosok yang dikenal dengan nama Dzun Nun.

Setelah mendengar semua ocehan Thulaihah yang disampaikan oleh Khubal, Nabi pun berkata kepada Khubal: {“Semoga Allah melaknatmu”} untuk kemudian beliau pun segera memerintahkannya untuk kembali pulang ke kampung halamannya.

Khubal sendiri wafat terbunuh pada saat dia masih diatas kemurtadannya (dan belum sempat bertaubat, semoga Allah melindungi kita kaum muslimin dari kematian semacam ini)…”.

Setelah itu giliran Rasulullah lah yang melangkah dengan strateginya. Insya Allah kisah Rasulullah bersama Thulaihah akan berlanjut ke artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

0 comments:

Post a Comment