Sunday, October 17, 2021

KISAH UMMU ZIML DAN FUJAAH.

 

Gambar oleh Siggy Nowak dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Setelah Ibnu Katsir (Rahimahullah) menuntaskan pembahasan mengenai Thulaihah, beliau melanjutkan pembahasannya dengan menceritakan 2 kisah lagi sebelum berpindah ke pembahasan mengenai suku-suku arab lain yang murtad. Adapun kedua kisah tersebut berbunyi sebagaimana berikut…

Beliau (Rahimahullah) berkata: “Pada saat banyak kejadian penting yang tengah berlangsung di daerah Buzakhah, berkumpullah sekelompok orang yang berasal dari suku Bani Ghathafan yang dimana dahulunya mereka juga termasuk ke dalam pengikut Thulaihah al-Asadiy.

BACA JUGA:

KHALID MENGHUKUM ORANG-ORANG MURTAD.

KISAH ‘ALQAMAH BIN ‘ULATSAH.

Sekelompok orang ini berkumpul dan tunduk kepada seorang wanita yang di kenal dengan sebutan: Ummu Ziml, adapun nama wanita ini adalah: Salma bintu Malik bin Hudzaifah.

Wanita ini termasuk ke dalam golongan elite bangsa arab, karena ibunya yang di kenal dengan sebutan: Ummu Qirfah dahulunya adalah seorang wanita yang istimewa. Dimana dahulu bangsa arab gemar mengaitkan nama ibunya tersebut dengan kemuliaan, hal tersebut dikarenakan Ummu Qirfah memiliki anak yang sangat banyak, dan juga karena suku dan keluarga besarnya sendiri sangat di segani dan di muliakan oleh banyak kalangan pada masanya.

Maka ketika sekelompok orang dari suku Ghathafan tadi tunduk di bawah perintah Ummu Ziml, wanita ini segera memanfaatkan dengan baik pengaruhnya dengan cara memanas-manasi mereka untuk segera menyerang Khalid dan pasukannya. Maka setelah di panas-panasi oleh seorang wanita yang dipercaya memiliki keberkahan karena keturunan langsung dari Ummu Qirfah, sekelompok orang dari Ghathafan tadi langsung membara semangatnya untuk memerangi Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya.

Dan tidak membutuhkan waktu lama hingga kelompok-kelompok pembangkang lain yang tidak mau mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa Thulaihah dan Uyainah beserta pasukan mereka berdua pun akhirnya ikut menggabungkan diri ke dalam kelompok Ummu Ziml, kelompok-kelompok ini berasal dari suku Bani Sulaim, Thayyi’, Hawazin, dan Asad.

Maka dengan bergabungnya mereka ke dalam kelompok Ummu Ziml, maka terkumpullah di bawah pimpinan wanita ini sebuah pasukan yang memiliki jumlah yang sangat besar, dan seakan-akan mengikuti besarnya jumlah mereka, pamor dan aura menakutkan mereka pun ikut membesar.

Adapun Khalid ketika beliau mendengar akan gerakan Ummu Ziml dan pasukannya, beliau segera berangkat menuju markas mereka bersama pasukannya pula…

Dan pada saat kedua pasukan ini bertemu, meletuslah dengan dahsyatnya peperangan antara kedua belah pihak, dimana Ummu Ziml pada saat itu mengendarai unta milik ibunya dalam rangka menyemangati pasukannya, orang-orang arab percaya bahwa siapa saja yang mengendarai unta milik Ummu Qirfah maka pasti orang tersebut akan dianugerahi dengan 100 ekor unta.

Akan tetapi rupanya segala kepercayaan tidak berdasar tersebut sama sekali tidak memiliki pengaruh di hadapan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya, dimana beliau akhirnya berhasil menumpas dan mengalahkan mereka semuanya, menyembelih unta milik Ummu Qirfah tersebut, sekaligus membunuh si pengendara unta yakni Ummu Ziml.

Setelah itu, Khalid segera menuliskan kabar gembira mengenai kemenangan yang Allah (‘Azza Wa Jalla) berikan kepada kaum muslimin ini kepada Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu)”. Wal-Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Kemudian Ibnu Katsir (Rahimahullah) melanjutkan pembahasannya dengan membahas kisah Fujaah, beliau berkata: “Nama Fujaah adalah Iyas bin Abdillah bin Abdi Yalail bin ‘Umairah bin Khufaf, orang ini berasal dari suku Bani Sulaim. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq.

Fujaah ini hidupnya berakhir di tangan Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu), adapun tempat dia di eksekusi adalah daerah al-Baqi’ di kota Madinah al-Munawwarah, dimana beliau membakar orang ini di tempat itu.

Adapun sebab yang menyebabkan dia di bakar oleh Abu Bakar adalah: karena pada suatu hari, dia datang menghadap Abu Bakar sembari mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim sekaligus meminta sebuah pasukan yang akan dia bawa untuk memerangi orang-orang murtad.

Maka karena Abu Bakar percaya kepadanya (karena dia mengaku sebagai seorang muslim, maka beliau percaya kepadanya atas dasar keislamannya), beliau pun menyiapkan sebuah pasukan untuknya.

Dan setelah pasukan tersebut siap, dia segera berangkat membawa pasukannya, dan di tengah perjalanan tidaklah dia bertemu dengan seorang pun kecuali dia membunuhnya. Orang ini membunuh secara sembarangan dan membabi buta, dimana dia sama sekali tidak memperhatikan apakah orang yang dibunuhnya adalah seorang muslim ataukah seorang murtad. Selain membunuh dia juga merampas harta korbannya.

Maka ketika Abu Bakar mendengar akan ulah berbahayanya tersebut, beliau segera mengirimkan sebuah pasukan yang beliau tugaskan untuk mengejar orang tersebut dan menangkapnya.

Dan ketika orang ini telah tertangkap, beliau segera mengirimnya ke daerah al-Baqi’. Dan di tempat itu, beliau mengikat kedua tangannya ke bagian belakang tubuhnya, dan kemudian melemparkannya ke dalam api yang menyala-nyala”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Inilah 2 kisah yang dibawakan oleh Ibnu Katsir (Rahimahullah), dan Insya Allah pada artikel selanjutnya saya akan melanjutkan pembahasan mengenai kisah orang-orang yang murtad.

Was-Salam.

 

 

    

 

 

 

0 comments:

Post a Comment