Gambar oleh Siggy Nowak dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Setelah Ibnu Katsir (Rahimahullah)
menuntaskan pembahasan mengenai Thulaihah, beliau melanjutkan pembahasannya
dengan menceritakan 2 kisah lagi sebelum berpindah ke pembahasan mengenai
suku-suku arab lain yang murtad. Adapun kedua kisah tersebut berbunyi
sebagaimana berikut…
Beliau (Rahimahullah) berkata: “Pada
saat banyak kejadian penting yang tengah berlangsung di daerah Buzakhah,
berkumpullah sekelompok orang yang berasal dari suku Bani Ghathafan yang dimana
dahulunya mereka juga termasuk ke dalam pengikut Thulaihah al-Asadiy.
BACA JUGA:
KHALID MENGHUKUM ORANG-ORANG MURTAD.
Sekelompok orang ini berkumpul dan tunduk kepada seorang wanita yang di kenal dengan sebutan: Ummu Ziml, adapun nama wanita ini adalah: Salma bintu Malik bin Hudzaifah.
Wanita ini termasuk ke dalam golongan elite
bangsa arab, karena ibunya yang di kenal dengan sebutan: Ummu Qirfah dahulunya
adalah seorang wanita yang istimewa. Dimana dahulu bangsa arab gemar mengaitkan
nama ibunya tersebut dengan kemuliaan, hal tersebut dikarenakan Ummu Qirfah
memiliki anak yang sangat banyak, dan juga karena suku dan keluarga besarnya
sendiri sangat di segani dan di muliakan oleh banyak kalangan pada masanya.
Maka ketika sekelompok orang dari suku
Ghathafan tadi tunduk di bawah perintah Ummu Ziml, wanita ini segera
memanfaatkan dengan baik pengaruhnya dengan cara memanas-manasi mereka untuk
segera menyerang Khalid dan pasukannya. Maka setelah di panas-panasi oleh seorang
wanita yang dipercaya memiliki keberkahan karena keturunan langsung dari Ummu
Qirfah, sekelompok orang dari Ghathafan tadi langsung membara semangatnya untuk
memerangi Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) dan pasukannya.
Dan tidak membutuhkan waktu lama hingga
kelompok-kelompok pembangkang lain yang tidak mau mengambil pelajaran dari apa
yang telah menimpa Thulaihah dan Uyainah beserta pasukan mereka berdua pun
akhirnya ikut menggabungkan diri ke dalam kelompok Ummu Ziml, kelompok-kelompok
ini berasal dari suku Bani Sulaim, Thayyi’, Hawazin, dan Asad.
Maka dengan bergabungnya mereka ke dalam
kelompok Ummu Ziml, maka terkumpullah di bawah pimpinan wanita ini sebuah pasukan
yang memiliki jumlah yang sangat besar, dan seakan-akan mengikuti besarnya
jumlah mereka, pamor dan aura menakutkan mereka pun ikut membesar.
Adapun Khalid ketika beliau mendengar akan
gerakan Ummu Ziml dan pasukannya, beliau segera berangkat menuju markas mereka
bersama pasukannya pula…
Dan pada saat kedua pasukan ini bertemu,
meletuslah dengan dahsyatnya peperangan antara kedua belah pihak, dimana Ummu
Ziml pada saat itu mengendarai unta milik ibunya dalam rangka menyemangati
pasukannya, orang-orang arab percaya bahwa siapa saja yang mengendarai unta
milik Ummu Qirfah maka pasti orang tersebut akan dianugerahi dengan 100 ekor
unta.
Akan tetapi rupanya segala kepercayaan
tidak berdasar tersebut sama sekali tidak memiliki pengaruh di hadapan Khalid (Radhiyallahu
‘Anhu) dan pasukannya, dimana beliau akhirnya berhasil menumpas dan
mengalahkan mereka semuanya, menyembelih unta milik Ummu Qirfah tersebut,
sekaligus membunuh si pengendara unta yakni Ummu Ziml.
Setelah itu, Khalid segera menuliskan kabar
gembira mengenai kemenangan yang Allah (‘Azza Wa Jalla) berikan kepada
kaum muslimin ini kepada Abu Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu)”. Wal-Hamdulillahi
Rabbil ‘Alamin.
Kemudian Ibnu Katsir (Rahimahullah) melanjutkan
pembahasannya dengan membahas kisah Fujaah, beliau berkata: “Nama Fujaah adalah
Iyas bin Abdillah bin Abdi Yalail bin ‘Umairah bin Khufaf, orang ini berasal
dari suku Bani Sulaim. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq.
Fujaah ini hidupnya berakhir di tangan Abu
Bakar ash-Shiddiq (Radhiyallahu ‘Anhu), adapun tempat dia di eksekusi
adalah daerah al-Baqi’ di kota Madinah al-Munawwarah, dimana beliau membakar
orang ini di tempat itu.
Adapun sebab yang menyebabkan dia di bakar
oleh Abu Bakar adalah: karena pada suatu hari, dia datang menghadap Abu Bakar
sembari mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim sekaligus meminta sebuah
pasukan yang akan dia bawa untuk memerangi orang-orang murtad.
Maka karena Abu Bakar percaya kepadanya
(karena dia mengaku sebagai seorang muslim, maka beliau percaya kepadanya atas
dasar keislamannya), beliau pun menyiapkan sebuah pasukan untuknya.
Dan setelah pasukan tersebut siap, dia
segera berangkat membawa pasukannya, dan di tengah perjalanan tidaklah dia
bertemu dengan seorang pun kecuali dia membunuhnya. Orang ini membunuh secara
sembarangan dan membabi buta, dimana dia sama sekali tidak memperhatikan apakah
orang yang dibunuhnya adalah seorang muslim ataukah seorang murtad. Selain
membunuh dia juga merampas harta korbannya.
Maka ketika Abu Bakar mendengar akan ulah
berbahayanya tersebut, beliau segera mengirimkan sebuah pasukan yang beliau
tugaskan untuk mengejar orang tersebut dan menangkapnya.
Dan ketika orang ini telah tertangkap,
beliau segera mengirimnya ke daerah al-Baqi’. Dan di tempat itu, beliau
mengikat kedua tangannya ke bagian belakang tubuhnya, dan kemudian melemparkannya
ke dalam api yang menyala-nyala”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Inilah 2 kisah yang dibawakan oleh Ibnu
Katsir (Rahimahullah), dan Insya Allah pada artikel selanjutnya saya
akan melanjutkan pembahasan mengenai kisah orang-orang yang murtad.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment