Wednesday, October 20, 2021

KISAH ‘ALQAMAH BIN ‘ULATSAH.

 

Gambar oleh Юлия Зяблова dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Sesuai dengan wasiat yang di pesankan oleh Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) kepada dirinya di awal pengutusannya ke medan pertempuran untuk melawan orang-orang murtad (wasiat tersebut adalah agar Khalid bergerak terlebih dahulu bersama pasukannya menuju perkampungan suku Thayyi’ kemudian setelah itu menumpas Thulaihah dan pengikutnya di daerah Buzakhah, kemudian setelah itu bergerak menuju perkampungan suku Bani Tamim), Khalid segera berangkat menuju perkampungan suku Bani Tamim setelah beliau menumpas Thulaihah beserta pengikutnya sekaligus di Buzakhah. Akan tetapi sebelum masuk ke kisah tersebut, saya ingin mengisahkan terlebih dahulu mengenai suku Bani ‘Amir yang tinggal di dekat daerah Buzakhah.

Kisah mengenai kemurtadan suku Bani ‘Amir disebutkan oleh Imam Ibnu Jarir dan Imam Ibnul Atsir (Rahimahumallah) di dalam kitab mereka berdua. Kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KISAH UMMU ZIML DAN FUJAAH.

KISAH KEMBALINYA SUKU BANI AMIR KE DALAM NAUNGAN ISLAM.

Berkata Ibnu Jarir (Rahimahullah) di dalam kitabnya: “Telah menceritakan kepada kami as-Sirriy, dari Syu’aib, dari Saif, dari Sahl dan Abdullah, dimana keduanya berkata: ‘Adapun suku Banu ‘Amir (ketika suku-suku yang lain mengumumkan secara gamblang mengenai langkah mereka, yakni apakah mereka akan murtad atau tetap memegang teguh agama Islam setelah wafatnya Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)), maka terkadang mereka memajukan satu kaki menuju kemurtadan dan adapun kaki yang satunya mereka tarik ke belakang (artinya mereka ragu-ragu dalam mengambil sikap, terkadang mereka mengumumkan bahwa mereka termasuk ke dalam golongan orang-orang murtad, dan di lain waktu mereka menampakkan seakan-akan mereka tidak termasuk ke dalam golongan mereka. Contohnya adalah ketika mereka tidak ikut bertempur bersama Thulaihah ketika Thulaihah dan pengikutnya di gempur oleh Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu)).

Dimana mereka tidak mampu mengambil keputusan yang berani dalam hal ini, dan yang mereka kerjakan hanyalah mengamati seluruh kejadian yang terjadi di sekitar mereka dari balik layar. Mereka menunggu di balik layar mengenai keputusan apakah yang akan diambil oleh suku Asad dan Ghathafan.

Maka ketika akhirnya suku Asad dan Ghathafan sedang berada dalam situasi genting, suku Banu ‘Amir tetap berdiam diri bersama pemuka-pemuka mereka (menunggu kabar mengenai perkembangan terkini dari konflik antara kaum muslimin dengan suku Asad dan Ghathafan).

Diantara pemuka-pemuka suku Banu ‘Amir pada saat itu adalah seseorang yang bernama Qurrah bin Hubairah, dimana orang ini memimpin suku Banu Ka’ab (salah satu cabang dari suku ‘Amir).

Dan ada juga seseorang yang lain yang bernama ‘Alqamah bin ‘Ulatsah, dimana dia memimpin salah satu suku cabang (dari suku induk, suku ‘Amir) pula yang bernama suku Banu Kilab.

‘Alqamah ini awal mulanya dia adalah seorang muslim, akan tetapi dia memutuskan untuk murtad di saat Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) masih hidup. Dimana pada saat kaum muslimin berhasil menaklukan suku Thaif, dia keluar dari jazirah arab menuju negeri Syam.

Dan ketika Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) wafat, dia segera kembali ke kampung halamannya untuk kemudian menetap di tengah-tengah suku Ka’ab sembari memajukan satu kaki dan memundurkan kaki yang lainnya (ragu-ragu dalam mengambil keputusan).

Maka ketika Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) mendengar akan kedatangannya tersebut, beliau pun mengirimkan sebuah pasukan di bawah komando seorang sahabat yang mulia bernama al-Qa’qa’ bin ‘Amr (Radhiyallahu ‘Anhu), dimana beliau berkata kepadanya saat mengirimnya bersama pasukannya: ‘Wahai Qa’qa’, berjalanlah engkau bersama pasukanmu hingga kalian tiba di tempat ‘Alqamah bin ‘Ulatsah, maka ketika engkau telah bertemu dengannya, tangkaplah dia untukku atau bunuhlah dia…!’.

Maka setelah di beri wasiat oleh Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu), berangkatlah al-Qa’qa’ bersama pasukannya menuju tempat persembunyian ‘Alqamah.

Dan sesampainya mereka di sana, mereka mendapati ‘Alqamah senantiasa dalam keadaan siap siaga untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Maka oleh karenanya ketika dia melihat kedatangan al-Qa’qa’ bersama pasukannya, dia langsung menaiki kudanya dan memacunya sekuat-kuatnya hingga akhirnya dia berhasil kabur dan selamat dari jangkauan pasukan Islam.

Akan tetapi walaupun dia sendiri berhasil kabur, tidak begitu halnya dengan seluruh keluarganya, dimana mereka tidak sempat mengikuti ‘Alqamah untuk melarikan diri. Al-Qa’qa’ sendiri berhasil mengumpulkan mereka semua untuk kemudian membawa mereka menuju kota Madinah untuk menghadap Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu).

Tidak sama dengan ‘Alqamah, keluarganya bersedia untuk memeluk agama Islam. Dan mereka juga membantah segala tuduhan yang mengatakan bahwa mereka sama saja dengan ‘Alqamah (yaitu murtad dan kemudian melarikan diri ke negeri Syam), Abu Bakar sendiri akhirnya mendapatkan konfirmasi mengenai kebenaran pengakuan mereka.

Mereka berkata kepada Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu): ‘Kami sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat oleh ‘Alqamah’. (karena mereka tidak mengikuti ‘Alqamah ketika dia melakukan aksinya).

Setelah itu Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) membebaskan mereka semua, dan ketika ‘Alqamah mendengar bahwa keluarganya telah dibebaskan, dia pun memutuskan untuk kembali kepada pangkuan Islam, dan Abu Bakar menerima dengan baik keputusannya tersebut”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah akan berlanjut ke artikel selanjutnya.

Was-Salam.   

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment