Wednesday, October 6, 2021

KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG, 2).

Gambar oleh fsbraun dari Pixabay 

 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menyebutkan mengenai kedatangan Khubal keponakan Thulaihah al-Asadiy ke Madinah demi menyampaikan tawaran agar kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata, akan tetapi ternyata Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sama sekali tidak mengindahkan seruan ini, bahkan beliau segera mengusir Khubal kembali ke kampung halamannya. Dan pada artikel kali ini Insya Allah saya akan melanjutkan kisah yang sempat terputus tersebut, kisah yang terjadi antara Rasulullah dan Thulaihah…

BACA JUGA:

KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG, 1). 

KISAH ABU BAKAR BERSAMA PARA PENGIKUT THULAIHAH.

Ibnul Jauziy (Rahimahullah) melanjutkan kisahnya: “…(Setelah Rasulullah mengusir Khubal dari kota Madinah) Beliau mengirimkan kepada masing-masing dari 3 tokoh berikut sebuah surat yang berisikan perintah agar mereka mendebat dan melawan argumen-argumen Thulaihah, ketiga tokoh tersebut adalah: ‘Auf salah seorang anggota suku Bani Naufal bin Warqa’, Sinan bin Abi Sinan (orang yang mengirimkan surat kepada Rasulullah mengenai perkembangan gerakan Thulaihah), dan yang terakhir adalah kepala suku Qudha’ah.

Selain itu Nabi (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) juga memerintahkan mereka bertiga untuk meminta bantuan dan kerjasama dari beberapa orang tokoh yang telah ditunjuk oleh beliau yang berasal dari suku Tamim dan Qais, dimana beliau juga mengirimkan surat kepada beberapa orang tokoh dari kedua suku tersebut agar mereka bersedia memberikan bantuan kepada ketiga tokoh diatas (‘Auf, Sinan, dan kepala suku Qudha’ah).

Maka setelah masing-masing dari mereka semua membaca surat dari Rasulullah, mereka pun sepakat untuk bekerjasama demi menumpas gerakan Thulaihah al-Asadiy.

Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) sendiri tidak bisa turun tangan untuk mengurusi Thulaihah dan kelompoknya, karena pada saat itu beliau sedang di timpa oleh sebuah penyakit yang membawa beliau kepada kematian.

Hingga akhirnya pada suatu hari, ada sekelompok orang dari kaum muslimin yang memutuskan untuk memerangi Thulaihah dan kelompoknya. Dan diantara kaum muslimin yang memerangi Thulaihah tersebut terdapat seseorang yang bernama Mikhnaf Ibni as-Salil, dimana orang ini berhasil mendapati Thulaihah dan menebas kepalanya. Akan tetapi ternyata tebasannya tersebut sama sekali tidak melukai Thulaihah melainkan hanya membuatnya pingsan. Melihat hal ini, orang-orang pun berkata: ‘Sungguh sampai pedang pun sama sekali tidak bisa melukai Thulaihah’. Dan tidak membutuhkan waktu lama hingga peristiwa (ganjil ini) tersebar dan menjadi fitnah di tengah-tengah manusia…”.

Adapun Ibnul Atsir (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya: “Dahulu seseorang yang bernama Thulaihah bin Khuwailid al-Asadiy yang berasal dari suku Bani Asad bin Khuzaimah telah (murtad dan) mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi yang diutus.

Maka ketika Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) mendengar hal ini, beliau pun mengutus seseorang yang bernama Dhirar bin al-Azwar menuju perkampungan suku Bani Asad untuk menjadi wakil beliau bagi suku tersebut.

Rasulullah juga memerintahkan Dhirar untuk memerangi orang-orang murtad, maka semakin hari kekuatan Thulaihah pun semakin melemah dan menipis hingga tidak ada lagi penghalang yang bisa menghalangi kaum muslimin dari menumpas secara total gerakan Thulaihah hingga tidak tersisa.

Maka pada suatu hari kaum muslimin bersama Dhirar akhirnya berhasil menangkap sang gembong kemurtadan Thulaihah, dan Dhirar pun langsung menebas leher Thulaihah akan tetapi (anehnya) tebasan tersebut sama sekali tidak memberikan dampak bagi Thulaihah. Dan ketika orang-orang melihat hal tersebut, tersebarlah dengan sangat cepat berita bahwa Thulaihah tidak bisa dibunuh dengan pedang.

Dan secara sekejap, kelompok Thulaihah pun kembali bertambah banyak dan kembali menjadi kuat…”.

Lanjut ke cerita yang dibawakan oleh Ibnul Jauziy, beliau melanjutkan: “…Setelah tersebarnya berita bahwa pedang tidak bisa melukai Thulaihah, ternyata keadaan tetap sama sebagaimana sedia kala, dimana jumlah kaum muslimin semakin bertambah banyak sementara pengikut Thulaihah tetap terpuruk hingga tibalah hari dimana Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) wafat. Maka semenjak itulah keadaan berubah secara drastis dimana kali ini jumlah kaum muslimin lah yang menyusut sementara kekuatan Thulaihah lah yang semakin hari semakin berkembang dan bertambah kuat.

Karena perbedaan yang sangat kentara tersebut, akhirnya ada sekelompok orang yang dipimpin oleh ‘Uyainah bin Hishn yang bergabung ke kubu Thulaihah sang Nabi palsu.

Maka ketika melihat situasi genting ini, banyak dari kaum muslimin yang mengadukan hal ini kepada Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) sebagai pengganti Rasulullah dalam memimpin kaum muslimin, akan tetapi beliau sama sekali tidak mempedulikan segala pengaduan tersebut (wallahu a’lam apakah ini benar?).

Diantara perkataan sesat yang di sampaikan oleh Thulaihah kepada pengikutnya adalah: ‘Sesungguhnya Allah sama sekali tidak peduli kepada kalian ketika kalian menundukkan kepala kalian (di tanah) dan mengangkat kemaluan kalian (yang dimaksudnya adalah bahwa Allah sama sekali tidak memperdulikan sujud kaum muslimin dalam sholat, yang dimana hal ini sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Allah dan NabiNya di dalam al-Qur’an maupun Hadits mengenai keutaman sujud dalam sholat maupun diluar sholat), maka oleh karena itu beribadahlah kalian kepada Allah hanya dengan cara berdiri (dan tidak perlu sujud. Sungguh ini adalah perkataan yang sangat keliru dan sangat sesat)’.

Diantara perkataan sesatnya juga adalah: ‘Demi burung merpati dan burung dara, dan demi burung ash-Shard ash-Shawam (nama ilmiah dari burung ini adalah Campephagidae), orang-orang yang hidup bertahun-tahun sebelum kalian telah menjanjikan bahwa kerajaan kita sungguh akan meliputi negeri Iraq dan Syam, demi Allah kita akan senantiasa bergerak dan akan senantiasa menyerang hingga kita menguasai Yatsrib (yakni Madinah ibukota kaum muslimin pada saat itu)’”.

Maka setelah itu akhirnya banyak dari suku-suku jazirah arab yang akhirnya tunduk kepada Thulaihah dan mengikuti gerakan kebodohannya. Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah): “Banyak dari suku-suku arab yang akhirnya lebih memilih untuk mengikuti gerakan (bodoh) Thulaihah, adapun yang menarik mereka untuk mengikutinya adalah kefanatikan (yang telah mendarah daging dalam tubuh mereka, dimana mereka fanatik kepada suku mereka dan iri kepada suku Quraisy maupun suku Aus dan Khazraj yang diberi kemuliaan oleh Allah dengan kemunculan Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) di tengah-tengah mereka). Maka oleh karena itu diantara suku-suku yang mayoritas pengikut Thulaihah berasal darinya adalah suku Asad, Ghathafan, dan Thayyi’”.

Insya Allah kisah akan berlanjut pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

0 comments:

Post a Comment