Saturday, October 9, 2021

KISAH ADI BIN HATIM BERSAMA KAUMNYA.

 

Gambar oleh jplenio dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menjelaskan mengenai asal muasal di pilihnya Khalid untuk menjadi komandan pasukan Islam dalam menggempur kekuatan orang-orang murtad.

Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya al-Bidayah Wa an-Nihayah: “Abu Sulaiman Khalid bin Walid adalah pemimpinnya para komandan pasukan, pemimpinnya para orang-orang pemberani lagi perkasa.

Imam Ahmad meriwayatkan dari jalur Wahsyi bin Harb bahwa ketika Abu Bakar menunjuk sekaligus melantik Khalid bin Walid menjadi komandan pasukan Islam dalam menumpas orang-orang murtad, dia berkata: ‘Aku telah mendengar Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda: {‘Sebaik-baik hamba Allah sekaligus sebaik-baik saudara kandung adalah Khalid bin al-Walid, dia adalah salah satu dari sekian banyak pedang-pedang Allah yang Dia hunus atas orang-orang kafir dan munafik’}.

BACA JUGA:

“BAGAIMANAPENDAPATMU MENGENAI KHALID BIN WALID ?”.

KISAH TERBUNUHNYA UKKASYAH BIN MIHSHAN DAN TSABIT BIN AQRAM (RADHIYALLAHU ‘ANHUMA).

Dan ketika Khalid berangkat bersama pasukannya dari daerah Dzul Qashshah, Abu Bakar berjanji kepadanya bahwa dia akan datang menemuinya (ketika Khalid telah tiba di daerah Bani Tamim) dari arah Khaibar, -hal ini beliau lakukan untuk memamerkan kekuatan Islam (yang tidak kunjung melemah bahkan setelah wafatnya Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)), sekaligus untuk menakut-nakuti orang-orang arab badui agar mereka berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum berpihak kepada orang-orang murtad-.

Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) memerintahkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) untuk bergerak terlebih dahulu menuju daerah kekuasaan Thulaihah al-Asadiy, untuk kemudian setelah urusannya dengan Thulaihah telah usai, barulah dia berangkat menuju perkampungan Bani Tamim”.

Ibnul Jarir ath-Thabariy juga Ibnul Atsir (Rahimahumallah) menyebutkan dalam kitab mereka berdua bahwa rute Khalid yang dimana Abu Bakar memerintahkannya untuk menempuhnya adalah sebagai berikut: pada awal mula Khalid di perintahkan untuk bergerak terlebih dahulu menuju perkampungan suku Thayyi’, kemudian setelah itu beliau diperintahkan untuk bergerak kembali menuju jantung kekuasaan Thulaihah yakni daerah Buzakhah, dan kemudian yang terakhir adalah bergerak menuju daerah yang bernama al-Buthah.

Ibnu Katsir melanjutkan kisahnya, beliau berkata: “Abu Bakar sendiri telah mengutus sahabat Adi bin Hatim terlebih dahulu sebelum beliau memberangkatkan Khalid dan pasukannya (beliau menyuruh sahabat Adi untuk pergi menemui kaumnya suku Thayyi’ dan mengajak mereka agar jangan sampai mereka menuruti dan mengikuti ajakan Thulaihah untuk melawan para sahabat).

Abu Bakar berkata kepada Adi bin Hatim (Radhiyallahu ‘Anhu): ‘Temui kaummu dan bujuk mereka agar jangan sampai mereka menuruti ajakan Thulaihah, karena jangan sampai mereka ikut ditumpas dan dihancurkan nantinya (oleh pasukan Khalid bin Walid)’.

Mendengar hal ini, Adi pun segera berangkat menuju kaumnya. Dan sesampainya di sana, beliau segera membujuk kaumnya agar kembali kepada jalan Allah dan mengikuti seruan Abu Bakar ash-Shiddiq (sebagai Khalifah dan pengganti bagi Rasulullah dalam memimpin kaum muslimin).

Ketika kaumnya mendengar seruan Adi ini, mereka berkata: ‘Kami tidak akan membai’at (bersumpah setia) kepada Abul Fashil (Fashil artinya adalah anak unta yang baru saja di pisah dari ibunya. Tentu sebutan ini mereka sematkan kepada Abu Bakar sebagai sarana olok-olok kepada beliau) selamanya!’.

Maka Adi pun menimpali perkataan mereka dengan berkata: ‘Demi Allah, kalian pasti akan di datangi oleh sebuah pasukan yang akan senantiasa dan akan terus menerus memerangi kalian hingga kalian tersadar bahwa dia (Abu Bakar) adalah induk terbesar dari segala pejantan!’.

Setelah itu Adi bin Hatim tetap meneruskan ajakannya di seluruh pelosok kampung hingga akhirnya hati kaumnya pun melembut (dan bersedia untuk mengikuti ajakannya)…”.

Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah) berkata dalam kitabnya ketika bercerita mengenai apa yang terjadi antara Adi dengan kaumnya, beliau berkata: “Ketika Adi mendatangi kaumnya dan membujuk mereka untuk meninggalkan Thulaihah, mereka berkata: ‘Kami tidak akan membai’at Abul Fashil selamanya!’.

Adi menimpali perkataan mereka dengan berkata: ‘Sungguh kalian akan di datangi oleh sebuah pasukan yang akan membuat kalian menjadi seperti orang rendahan. Dan sungguh setelah pasukan tersebut datang, kalian pasti akan langsung menjuluki dia (Abu Bakar) dengan bapaknya para pejantan (atau pejantan yang terbesar dan terkuat). Maka keputusan akan senantiasa berada di tangan kalian’.

Kaumnya berkata: ‘Kalau begitu, temuilah pasukan tersebut dan perlambatlah jalannya sampai kami berhasil mengeluarkan saudara-saudara kami dari daerah Buzakhah. Karena sungguh jika kami menyelesihi Thulaihah dan dia mengetahuinya sementara saudara-saudara kami tersebut masih berada dalam cengkramannya, maka pasti Thulaihah akan segera membantai habis mereka atau jika tidak dia pasti akan menahan dan memenjarakan mereka!’.

Mendengar permintaan mereka tersebut, Adi pun segera berangkat menemui Khalid yang saat itu telah sangat dekat jaraknya dengan perkampungan suku Thayyi’. Ketika beliau telah bertemu dengan Khalid, beliau berkata kepadanya: ‘Wahai Khalid, berilah aku waktu 3 hari, maka aku akan membawakan kepadamu 500 orang pejuang yang akan membantumu dalam menggempur musuhmu. Hal tersebut tentu lebih baik bagimu daripada engkau mempercepat perjalanan mereka menuju neraka, dan menyia-nyiakan waktumu dengan mereka’.

Ketika mendengar perkataan Adi ini, Khalid pun setuju untuk memberinya waktu 3 hari. Dan kesempatan ini sama sekali tidak di sia-siakan oleh Adi bin Hatim, karena beliau segera menemui kaumnya dan mendapati mereka telah menepati janji mereka dengan mengirimkan utusan menuju Buzakhah untuk mengajak saudara-saudara mereka yang ada disana untuk kembali ke kampung halaman. Dan tidak lama kemudian datanglah saudara-saudara mereka tersebut dengan selamat.

Setelah itu, berangkatlah Adi menuju Khalid dan segera memberitahunya perihal kembalinya anggota sukunya kepada naungan Islam. Maka setelah mendengar kabar gembira ini, Khalid segera berangkat kembali menuju perkampungan suku Judailah (atau Jadilah). Adi bin Hatim yang mendengar akan tujuan Khalid ini segera kembali menemui Khalid dan berkata kepadanya: ‘Sungguh suku Thayyi’ itu laksana seekor burung, dan peran suku Jadilah bagi Thayyi’ adalah laksana peran salah satu dari 2 sayap burung. Maka oleh karena itu berilah aku waktu beberapa hari lagi, semoga Allah berkenan menyelamatkan suku Jadilah (dari api neraka) sebagaimana Dia menyelamatkan suku al-Ghauts (sukunya Adi bin Hatim)’.

Khalid pun mengabulkan permintaan Adi ini, dan Adi sendiri segera berangkat menuju perkampungan suku Jadilah, dan sesampainya disana beliau langsung mengajak mereka untuk kembali ke jalan Allah. Beliau menetap di tengah-tengah suku tersebut selama beberapa waktu lamanya hingga akhirnya mereka bersedia untuk kembali ke pangkuan Islam.

Setelah itu, Adi segera berangkat menemui Khalid dan memberitahunya perihal kembalinya suku Jadilah ke dalam naungan Islam.

Suku Jadilah sendiri menyumbangkan untuk kaum muslimin sebuah pasukan berkuda yang jumlahnya mencapai angka 1000 orang pasukan berkuda.

Maka dengan seluruh perjuangan yang tiada henti dari seorang Adi bin Hatim ini, maka pantaslah jika beliau di sebut sebagai manusia terbaik yang pernah dilahirkan oleh suku Thayyi’, juga sekaligus seseorang yang paling banyak berkahnya bagi suku tersebut”.

Inilah salah satu kisah dari beberapa kisah yang dituliskan oleh Ibnu Jarir mengenai Adi bin Hatim dan sukunya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Dan Insya Allah kisah mengenai perjuangan Khalid bin Walid dalam menumpas gerakan Thulaihah akan berlanjut pada artikel selanjutnya.

Was-Salam.  

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment