Gambar oleh jplenio dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Pada artikel yang lalu saya telah
menjelaskan mengenai asal muasal di pilihnya Khalid untuk menjadi komandan
pasukan Islam dalam menggempur kekuatan orang-orang murtad.
Ibnu Katsir (Rahimahullah) berkata
dalam kitabnya al-Bidayah Wa an-Nihayah: “Abu Sulaiman Khalid bin Walid
adalah pemimpinnya para komandan pasukan, pemimpinnya para orang-orang
pemberani lagi perkasa.
Imam Ahmad meriwayatkan dari jalur Wahsyi
bin Harb bahwa ketika Abu Bakar menunjuk sekaligus melantik Khalid bin Walid
menjadi komandan pasukan Islam dalam menumpas orang-orang murtad, dia berkata: ‘Aku
telah mendengar Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) bersabda: {‘Sebaik-baik
hamba Allah sekaligus sebaik-baik saudara kandung adalah Khalid bin al-Walid,
dia adalah salah satu dari sekian banyak pedang-pedang Allah yang Dia hunus
atas orang-orang kafir dan munafik’}.
BACA JUGA:
“BAGAIMANAPENDAPATMU MENGENAI KHALID BIN WALID ?”.
KISAH TERBUNUHNYA UKKASYAH BIN MIHSHAN DAN TSABIT BIN AQRAM (RADHIYALLAHU ‘ANHUMA).
Dan ketika Khalid berangkat bersama pasukannya dari daerah Dzul Qashshah, Abu Bakar berjanji kepadanya bahwa dia akan datang menemuinya (ketika Khalid telah tiba di daerah Bani Tamim) dari arah Khaibar, -hal ini beliau lakukan untuk memamerkan kekuatan Islam (yang tidak kunjung melemah bahkan setelah wafatnya Rasulullah (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)), sekaligus untuk menakut-nakuti orang-orang arab badui agar mereka berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum berpihak kepada orang-orang murtad-.
Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu)
memerintahkan Khalid (Radhiyallahu ‘Anhu) untuk bergerak terlebih dahulu
menuju daerah kekuasaan Thulaihah al-Asadiy, untuk kemudian setelah urusannya
dengan Thulaihah telah usai, barulah dia berangkat menuju perkampungan Bani
Tamim”.
Ibnul Jarir ath-Thabariy juga Ibnul Atsir (Rahimahumallah)
menyebutkan dalam kitab mereka berdua bahwa rute Khalid yang dimana Abu Bakar
memerintahkannya untuk menempuhnya adalah sebagai berikut: pada awal mula
Khalid di perintahkan untuk bergerak terlebih dahulu menuju perkampungan suku
Thayyi’, kemudian setelah itu beliau diperintahkan untuk bergerak kembali
menuju jantung kekuasaan Thulaihah yakni daerah Buzakhah, dan kemudian yang
terakhir adalah bergerak menuju daerah yang bernama al-Buthah.
Ibnu Katsir melanjutkan kisahnya, beliau
berkata: “Abu Bakar sendiri telah mengutus sahabat Adi bin Hatim terlebih
dahulu sebelum beliau memberangkatkan Khalid dan pasukannya (beliau menyuruh
sahabat Adi untuk pergi menemui kaumnya suku Thayyi’ dan mengajak mereka agar
jangan sampai mereka menuruti dan mengikuti ajakan Thulaihah untuk melawan para
sahabat).
Abu Bakar berkata kepada Adi bin Hatim (Radhiyallahu
‘Anhu): ‘Temui kaummu dan bujuk mereka agar jangan sampai mereka menuruti
ajakan Thulaihah, karena jangan sampai mereka ikut ditumpas dan dihancurkan
nantinya (oleh pasukan Khalid bin Walid)’.
Mendengar hal ini, Adi pun segera berangkat
menuju kaumnya. Dan sesampainya di sana, beliau segera membujuk kaumnya agar
kembali kepada jalan Allah dan mengikuti seruan Abu Bakar ash-Shiddiq (sebagai
Khalifah dan pengganti bagi Rasulullah dalam memimpin kaum muslimin).
Ketika kaumnya mendengar seruan Adi ini,
mereka berkata: ‘Kami tidak akan membai’at (bersumpah setia) kepada Abul Fashil
(Fashil artinya adalah anak unta yang baru saja di pisah dari ibunya. Tentu sebutan
ini mereka sematkan kepada Abu Bakar sebagai sarana olok-olok kepada beliau)
selamanya!’.
Maka Adi pun menimpali perkataan mereka
dengan berkata: ‘Demi Allah, kalian pasti akan di datangi oleh sebuah pasukan
yang akan senantiasa dan akan terus menerus memerangi kalian hingga kalian
tersadar bahwa dia (Abu Bakar) adalah induk terbesar dari segala pejantan!’.
Setelah itu Adi bin Hatim tetap meneruskan
ajakannya di seluruh pelosok kampung hingga akhirnya hati kaumnya pun melembut
(dan bersedia untuk mengikuti ajakannya)…”.
Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah)
berkata dalam kitabnya ketika bercerita mengenai apa yang terjadi antara Adi
dengan kaumnya, beliau berkata: “Ketika Adi mendatangi kaumnya dan membujuk
mereka untuk meninggalkan Thulaihah, mereka berkata: ‘Kami tidak akan membai’at
Abul Fashil selamanya!’.
Adi menimpali perkataan mereka dengan
berkata: ‘Sungguh kalian akan di datangi oleh sebuah pasukan yang akan membuat
kalian menjadi seperti orang rendahan. Dan sungguh setelah pasukan tersebut
datang, kalian pasti akan langsung menjuluki dia (Abu Bakar) dengan bapaknya
para pejantan (atau pejantan yang terbesar dan terkuat). Maka keputusan akan
senantiasa berada di tangan kalian’.
Kaumnya berkata: ‘Kalau begitu, temuilah
pasukan tersebut dan perlambatlah jalannya sampai kami berhasil mengeluarkan
saudara-saudara kami dari daerah Buzakhah. Karena sungguh jika kami menyelesihi
Thulaihah dan dia mengetahuinya sementara saudara-saudara kami tersebut masih
berada dalam cengkramannya, maka pasti Thulaihah akan segera membantai habis
mereka atau jika tidak dia pasti akan menahan dan memenjarakan mereka!’.
Mendengar permintaan mereka tersebut, Adi
pun segera berangkat menemui Khalid yang saat itu telah sangat dekat jaraknya
dengan perkampungan suku Thayyi’. Ketika beliau telah bertemu dengan Khalid,
beliau berkata kepadanya: ‘Wahai Khalid, berilah aku waktu 3 hari, maka aku akan
membawakan kepadamu 500 orang pejuang yang akan membantumu dalam menggempur
musuhmu. Hal tersebut tentu lebih baik bagimu daripada engkau mempercepat
perjalanan mereka menuju neraka, dan menyia-nyiakan waktumu dengan mereka’.
Ketika mendengar perkataan Adi ini, Khalid
pun setuju untuk memberinya waktu 3 hari. Dan kesempatan ini sama sekali tidak
di sia-siakan oleh Adi bin Hatim, karena beliau segera menemui kaumnya dan
mendapati mereka telah menepati janji mereka dengan mengirimkan utusan menuju
Buzakhah untuk mengajak saudara-saudara mereka yang ada disana untuk kembali ke
kampung halaman. Dan tidak lama kemudian datanglah saudara-saudara mereka
tersebut dengan selamat.
Setelah itu, berangkatlah Adi menuju Khalid
dan segera memberitahunya perihal kembalinya anggota sukunya kepada naungan
Islam. Maka setelah mendengar kabar gembira ini, Khalid segera berangkat
kembali menuju perkampungan suku Judailah (atau Jadilah). Adi bin Hatim yang
mendengar akan tujuan Khalid ini segera kembali menemui Khalid dan berkata
kepadanya: ‘Sungguh suku Thayyi’ itu laksana seekor burung, dan peran suku
Jadilah bagi Thayyi’ adalah laksana peran salah satu dari 2 sayap burung. Maka oleh
karena itu berilah aku waktu beberapa hari lagi, semoga Allah berkenan menyelamatkan
suku Jadilah (dari api neraka) sebagaimana Dia menyelamatkan suku al-Ghauts
(sukunya Adi bin Hatim)’.
Khalid pun mengabulkan permintaan Adi ini,
dan Adi sendiri segera berangkat menuju perkampungan suku Jadilah, dan
sesampainya disana beliau langsung mengajak mereka untuk kembali ke jalan Allah.
Beliau menetap di tengah-tengah suku tersebut selama beberapa waktu lamanya
hingga akhirnya mereka bersedia untuk kembali ke pangkuan Islam.
Setelah itu, Adi segera berangkat menemui
Khalid dan memberitahunya perihal kembalinya suku Jadilah ke dalam naungan Islam.
Suku Jadilah sendiri menyumbangkan untuk
kaum muslimin sebuah pasukan berkuda yang jumlahnya mencapai angka 1000 orang
pasukan berkuda.
Maka dengan seluruh perjuangan yang tiada
henti dari seorang Adi bin Hatim ini, maka pantaslah jika beliau di sebut
sebagai manusia terbaik yang pernah dilahirkan oleh suku Thayyi’, juga
sekaligus seseorang yang paling banyak berkahnya bagi suku tersebut”.
Inilah salah satu kisah dari beberapa kisah
yang dituliskan oleh Ibnu Jarir mengenai Adi bin Hatim dan sukunya. Wallahu A’lam
Bish-Shawab.
Dan Insya Allah kisah mengenai perjuangan
Khalid bin Walid dalam menumpas gerakan Thulaihah akan berlanjut pada artikel
selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment