Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Pada artikel yang lalu saya telah
menjelaskan mengenai pengaruh luar biasa yang didapatkan oleh Thulaihah setelah
peristiwa pemenggalan dirinya yang sangat ganjil dan aneh, dimana peristiwa
ganjil tersebut dijadikan alasan bagi sebagian suku jazirah arab untuk
mengikuti ajaran sesat Thulaihah walaupun mereka mengetahui bahwa ajarannya
adalah ajaran yang benar-benar sesat, dan bahwa ajaran yang benar hanyalah
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam) dan
para sahabatnya (Radhiyallahu ‘Anhum).
Saya juga telah menyebutkan nama 3 suku
yang sebagian besar anggotanya mengikuti Thulaihah, ketiga suku tersebut adalah:
suku Bani Asad, Ghathafan, dan Thayyi’. Dan pada artikel kali ini Insya Allah
saya akan melanjutkan kisah yang sempat terputus pada artikel yang lalu,
kisahnya sebagaimana berikut…
BACA JUGA:
KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG, 2).
“BAGAIMANA PENDAPATMU MENGENAI KHALID BIN WALID ?”.
Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Kamil fi at-Tarikh: “…Sebagian besar pengikut Thulaihah berasal dari ketiga suku berikut: Asad, Ghathafan, dan Thayyi’. Adapun orang-orang yang berasal dari suku Ghathafan dan Fazarah (salah satu cabang dari suku Ghathafan) mereka mengambil bagian selatan dari daerah Thaibah untuk dijadikan markas.
Adapun suku Thayyi’, mereka tetap berdiam
di kampung halaman mereka dan berjaga-jaga di sana. Dan adapun suku Asad,
mereka semua menjadikan daerah Sumairaa’ sebagai markas.
Dan ada juga beberapa suku lain yang
berpihak pada gerakan Thulaihah, suku-suku tersebut adalah: suku ‘Abs, suku Banu
Tsa’labah, dan suku Alu Murrah. Mereka semua berkumpul di daerah al-Abrak. Dan ada
juga sekelompok orang dari Bani Kinanah yang ikut bergabung bersama mereka di
daerah tersebut.
Akan tetapi karena banyaknya jumlah mereka,
mereka pun memutuskan untuk berpisah menjadi 2 kelompok. Adapun kelompok yang
pertama, maka mereka akan menempati daerah al-Abrak itu sendiri sebagai markas.
Adapun kelompok yang kedua, maka mereka akan pergi menuju daerah Dzil Qashshah untuk
menjadikan daerah tersebut sebagai markas.
Thulaihah sendiri mengirimkan keponakannya
Khubal kepada orang-orang tersebut untuk menjadi pemimpin bagi mereka dan juga
pemimpin bagi semua suku yang ikut bersama mereka seperti suku Banu ad-Di’l,
suku Laits, dan suku Mudlij.
Setelah itu sang Nabi palsu pun mengirimkan
utusan menuju kota Madinah, dimana dia ingin mempertegas ideologinya di hadapan
Abu Bakar dan para sahabat yang lain (Radhiyallahu ‘Anhum), bahwa mereka
hanya akan mengerjakan ibadah sholat saja dan tidak akan menunaikan dan
membayarkan kewajiban zakat.
Mendengar hal ini, Abu Bakar (Radhiyallahu
‘Anhu) pun berkata: “Demi Allah, jika mereka menolak untuk menyerahkan
seutas tali sekalipun (yang telah menjadi barang yang wajib untuk di zakatkan),
maka aku akan benar-benar mengejar dan memaksa mereka untuk membayarkannya
(seutas tali tersebut)!”…
Setelah itu Abu Bakar pun mengusir mereka
keluar dari Madinah, dan sesampainya para utusan tersebut di hadapan Thulaihah,
mereka mengkabarkan kepadanya bahwa pada saat ini Madinah sedang dalam keadaan
kosong melompong dan sangat siap untuk direbut dari tangan para sahabat”.
Setelah menceritakan semua kisah diatas,
Ibnul Atsir (Rahimahullah) membawakan kisah mengenai perjuangan Abu
Bakar dan para sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum) dalam menjaga kota Madinah
dari bahaya yang bisa saja datang kapan pun dari pihak orang-orang murtad. Sebenarnya
kisah mengenai hal tersebut telah saya kisahkan di artikel-artikel yang
berjudul (kisah sang G.O.A.T sejati), dimana Abu Bakar dan para sahabat
berhasil menguasai daerah Dzil Qashshah dan mengambilnya dari tangan
orang-orang murtad. Kemudian kisah berlanjut ke kisah mengenai kembalinya
pasukan Usamah bin Zaid dari negeri Syam dan kekalahan Banu ‘Abs dan Dzubyan
yang menjadi pengikut Thulaihah, juga kisah mengenai berdatangannya
utusan-utusan dari suku-suku arab ke Madinah demi membayarkan kewajiban zakat.
Kemudian kisah berlanjut ke momen
pelantikan 11 komandan pasukan yang dimana kesebelas komandan ini akan
diarahkan ke setiap kota-kota besar jazirah arab yang dikuasai oleh orang-orang
murtad, dan kisah mengenai perjuangan ini akan berakhir pada surat yang Abu
Bakar tulis dan beliau perintahkan kepada para komandannya untuk dibacakan
kepada orang-orang yang murtad. dan semua kisah diatas telah pernah saya
tuliskan di artikel-artikel yang berjudul (kisah sang G.O.A.T sejati), dan saya
pikir kisah-kisah ini tidak perlu ditulis untuk kedua kalinya di artikel yang
khusus membahas Thulaihah ini.
Kemudian Ibnul Atsir (Rahimahullah) melanjutkan
kisahnya dengan mengatakan: “…Ketika suku ‘Abs dan Dzubyan telah dikalahkan,
mereka pun segera pergi menuju markas pemimpin mereka Thulaihah yang terletak
di daerah yang bernama Buzakhah.
Dan sesampainya mereka semua disana,
Thulaihah pun mengirimkan surat kepada suku Judailah dan al-Ghauts 2 suku cabang
dari suku induk Thayyi’, dimana dalam surat tersebut Thulaihah memerintahkan
agar kedua suku tersebut mendatanginya di Buzakhah.
Setelah menerima surat dari Thulaihah
tersebut, kedua suku tersebut pun berangkat, dimana sebagian dari mereka tiba
lebih cepat dari yang lain di Buzakhah, dan sebagian yang lain lebih memilih
untuk mengajak anggota suku mereka yang tersisa untuk ikut bersama mereka
bergabung dengan Thulaihah sebelum berangkat ke daerah Buzakhah…”.
Ketika Abu Bakar mendengar kabar bahwa
Thulaihah memerintahkan 2 suku yang berasal dari Thayyi’ untuk menghadap
kepadanya dan bergabung bersamanya, beliau pun memerintahkan seorang sahabat
yang berasal dari suku tersebut untuk mengajak kaumnya agar tidak mengikuti
Thulaihah dan ajaran sesatnya.
Insya Allah kisah mengenai hal tersebut
akan saya kisahkan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment