Thursday, October 7, 2021

KISAH ABU BAKAR BERSAMA PARA PENGIKUT THULAIHAH.

 

Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menjelaskan mengenai pengaruh luar biasa yang didapatkan oleh Thulaihah setelah peristiwa pemenggalan dirinya yang sangat ganjil dan aneh, dimana peristiwa ganjil tersebut dijadikan alasan bagi sebagian suku jazirah arab untuk mengikuti ajaran sesat Thulaihah walaupun mereka mengetahui bahwa ajarannya adalah ajaran yang benar-benar sesat, dan bahwa ajaran yang benar hanyalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam) dan para sahabatnya (Radhiyallahu ‘Anhum).

Saya juga telah menyebutkan nama 3 suku yang sebagian besar anggotanya mengikuti Thulaihah, ketiga suku tersebut adalah: suku Bani Asad, Ghathafan, dan Thayyi’. Dan pada artikel kali ini Insya Allah saya akan melanjutkan kisah yang sempat terputus pada artikel yang lalu, kisahnya sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KISAH RASULULLAH BERSAMA THULAIHAH (BAG, 2).

“BAGAIMANA PENDAPATMU MENGENAI KHALID BIN WALID ?”.

Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya al-Kamil fi at-Tarikh: “…Sebagian besar pengikut Thulaihah berasal dari ketiga suku berikut: Asad, Ghathafan, dan Thayyi’. Adapun orang-orang yang berasal dari suku Ghathafan dan Fazarah (salah satu cabang dari suku Ghathafan) mereka mengambil bagian selatan dari daerah Thaibah untuk dijadikan markas.

Adapun suku Thayyi’, mereka tetap berdiam di kampung halaman mereka dan berjaga-jaga di sana. Dan adapun suku Asad, mereka semua menjadikan daerah Sumairaa’ sebagai markas.

Dan ada juga beberapa suku lain yang berpihak pada gerakan Thulaihah, suku-suku tersebut adalah: suku ‘Abs, suku Banu Tsa’labah, dan suku Alu Murrah. Mereka semua berkumpul di daerah al-Abrak. Dan ada juga sekelompok orang dari Bani Kinanah yang ikut bergabung bersama mereka di daerah tersebut.

Akan tetapi karena banyaknya jumlah mereka, mereka pun memutuskan untuk berpisah menjadi 2 kelompok. Adapun kelompok yang pertama, maka mereka akan menempati daerah al-Abrak itu sendiri sebagai markas. Adapun kelompok yang kedua, maka mereka akan pergi menuju daerah Dzil Qashshah untuk menjadikan daerah tersebut sebagai markas.

Thulaihah sendiri mengirimkan keponakannya Khubal kepada orang-orang tersebut untuk menjadi pemimpin bagi mereka dan juga pemimpin bagi semua suku yang ikut bersama mereka seperti suku Banu ad-Di’l, suku Laits, dan suku Mudlij.

Setelah itu sang Nabi palsu pun mengirimkan utusan menuju kota Madinah, dimana dia ingin mempertegas ideologinya di hadapan Abu Bakar dan para sahabat yang lain (Radhiyallahu ‘Anhum), bahwa mereka hanya akan mengerjakan ibadah sholat saja dan tidak akan menunaikan dan membayarkan kewajiban zakat.

Mendengar hal ini, Abu Bakar (Radhiyallahu ‘Anhu) pun berkata: “Demi Allah, jika mereka menolak untuk menyerahkan seutas tali sekalipun (yang telah menjadi barang yang wajib untuk di zakatkan), maka aku akan benar-benar mengejar dan memaksa mereka untuk membayarkannya (seutas tali tersebut)!”…

Setelah itu Abu Bakar pun mengusir mereka keluar dari Madinah, dan sesampainya para utusan tersebut di hadapan Thulaihah, mereka mengkabarkan kepadanya bahwa pada saat ini Madinah sedang dalam keadaan kosong melompong dan sangat siap untuk direbut dari tangan para sahabat”.

Setelah menceritakan semua kisah diatas, Ibnul Atsir (Rahimahullah) membawakan kisah mengenai perjuangan Abu Bakar dan para sahabat (Radhiyallahu ‘Anhum) dalam menjaga kota Madinah dari bahaya yang bisa saja datang kapan pun dari pihak orang-orang murtad. Sebenarnya kisah mengenai hal tersebut telah saya kisahkan di artikel-artikel yang berjudul (kisah sang G.O.A.T sejati), dimana Abu Bakar dan para sahabat berhasil menguasai daerah Dzil Qashshah dan mengambilnya dari tangan orang-orang murtad. Kemudian kisah berlanjut ke kisah mengenai kembalinya pasukan Usamah bin Zaid dari negeri Syam dan kekalahan Banu ‘Abs dan Dzubyan yang menjadi pengikut Thulaihah, juga kisah mengenai berdatangannya utusan-utusan dari suku-suku arab ke Madinah demi membayarkan kewajiban zakat.

Kemudian kisah berlanjut ke momen pelantikan 11 komandan pasukan yang dimana kesebelas komandan ini akan diarahkan ke setiap kota-kota besar jazirah arab yang dikuasai oleh orang-orang murtad, dan kisah mengenai perjuangan ini akan berakhir pada surat yang Abu Bakar tulis dan beliau perintahkan kepada para komandannya untuk dibacakan kepada orang-orang yang murtad. dan semua kisah diatas telah pernah saya tuliskan di artikel-artikel yang berjudul (kisah sang G.O.A.T sejati), dan saya pikir kisah-kisah ini tidak perlu ditulis untuk kedua kalinya di artikel yang khusus membahas Thulaihah ini.

Kemudian Ibnul Atsir (Rahimahullah) melanjutkan kisahnya dengan mengatakan: “…Ketika suku ‘Abs dan Dzubyan telah dikalahkan, mereka pun segera pergi menuju markas pemimpin mereka Thulaihah yang terletak di daerah yang bernama Buzakhah.

Dan sesampainya mereka semua disana, Thulaihah pun mengirimkan surat kepada suku Judailah dan al-Ghauts 2 suku cabang dari suku induk Thayyi’, dimana dalam surat tersebut Thulaihah memerintahkan agar kedua suku tersebut mendatanginya di Buzakhah.

Setelah menerima surat dari Thulaihah tersebut, kedua suku tersebut pun berangkat, dimana sebagian dari mereka tiba lebih cepat dari yang lain di Buzakhah, dan sebagian yang lain lebih memilih untuk mengajak anggota suku mereka yang tersisa untuk ikut bersama mereka bergabung dengan Thulaihah sebelum berangkat ke daerah Buzakhah…”.

Ketika Abu Bakar mendengar kabar bahwa Thulaihah memerintahkan 2 suku yang berasal dari Thayyi’ untuk menghadap kepadanya dan bergabung bersamanya, beliau pun memerintahkan seorang sahabat yang berasal dari suku tersebut untuk mengajak kaumnya agar tidak mengikuti Thulaihah dan ajaran sesatnya.

Insya Allah kisah mengenai hal tersebut akan saya kisahkan pada artikel selanjutnya. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Was-Salam.

 

 

 

0 comments:

Post a Comment