Gambar oleh Pexels dari Pixabay |
Bismillah…
Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.
Pada artikel yang lalu saya telah
menjelaskan mengenai kejadian apa saja yang terjadi setelah kaum muslimin
menemukan jasad 2 orang sahabat mulia yaitu jasad sahabat Ukkasyah dan sahabat
Tsabit (Radhiyallahu ‘Anhuma).
Kemudian saya juga menjelaskan mengenai
undangan Adi kepada Khalid untuk berkunjung sejenak ke kawasan perkampungan
suku Thayyi’, hal tersebut beliau lakukan untuk memperkuat kembali semangat
juang kaum muslimin yang sempat melemah selepas melihat jasad kedua sahabat di
atas. Dimana Adi bin Hatim menawarkan kepada Khalid sebuah pasukan yang
jumlahnya melebihi jumlah pasukan yang dibawa Khalid pada saat itu, dan adapun
kelanjutan kisahnya adalah sebagaimana berikut…
BACA JUGA:
KHALID BERSAMA
PASUKAN MENEMUKAN JASAD UKKASYAH DAN TSABIT (RADHIYALLAHU ‘ANHUM).
“APAKAH (MALAIKAT) JIBRIL TELAH MENDATANGIMU ?”.
Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya: “Ketika Khalid bersama pasukannya tiba di tempat terbunuhnya Ukkasyah dan Tsabit, mereka pun melihat jasad keduanya yang terbaring di atas tanah, dimana pemandangan tersebut menimbulkan kegemparan dan kepanikan di tengah-tengah pasukan Islam. Adapun Khalid ketika beliau melihat pasukannya yang tengah terbawa emosi tersebut keadaannya sedikit demi sedikit menjadi kacau dan tidak terkendali, beliau pun memutuskan untuk membawa mereka menuju perkampungan suku Thayyi’ (yang telah menjadi sekutu kaum muslimin).
Sesampainya Khalid bersama pasukan di
perkampungan suku Thayyi’, beliau segera mengadakan musyawarah dengan anggota
suku tersebut, dimana percakapan mereka berjalan sebagaimana berikut…
Perwakilan suku Thayyi’ berkata kepada
Khalid: ‘Serahkanlah kepada kami Qais (saya belum mengerti mengenai siapakah
yang dimaksud dengan Qais ini), dan biarlah kami saja yang akan melawannya,
karena suku kami memiliki perjanjian persekutuan dengan suku Bani Asad’.
Khalid menimpali perkataan mereka dengan
berkata: ‘Perangilah pihak yang mana saja sesuka kalian, itu terserah kalian’.
Mendengar hal ini, Adi bin Hatim berkata: ‘Jikalau
saja orang ini (Thulaihah) juga berhasil mempengaruhi keluarga terdekatku
(untuk murtad), maka niscaya aku pun akan benar-benar memerangi mereka
(keluarga terdekatku tersebut) juga. Demi Allah, aku tidak akan berpaling dari
memerangi suku Bani Asad hanya karena mereka memiliki perjanjian persekutuan
dengan kami!’.
Ketika Khalid mendengar perkataan Adi yang
dipenuhi dengan semangat menggebu-gebu ini, beliau berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya
perjuangan kita dalam melawan kedua pihak di atas (Qais maupun suku Bani Asad),
terserah pihak yang mana saja yang kita lawan, perjuangan kita tersebut adalah
sama-sama jihad. Janganlah kamu menyelesihi pendapat kaummu (dalam masalah
ini), dan hendaknya engkau berangkat bersama mereka menuju pihak yang dimana
mereka dalam melawan pihak tersebut lebih bersemangat dari melawan pihak yang
lain’.
Lalu setelah mencapai kesepakatan, kedua
pasukan pun bersiap-siap, kemudian mereka bergerak bersama-sama menuju daerah
Buzakhah (jantung kekuasaan Thulaihah).
Adapun suku Banu Amir (yang tinggal di
dekat daerah Buzakhah), mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur dan hanya
menunggu kabar, kabar mengenai siapakah yang akan menuai kemenangan pada hari
itu?....
Tidak lama kemudian, api peperangan pun
segera berkobar dengan hebatnya di atas tanah Buzakhah…”.
Kisah yang senada dengan kisah di atas juga
di bawakan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah) di dalam
kitabnya. Dan setelah menyebutkan kisah tersebut beliau berkata…
“Berkata Hisyam: ‘Dari Abu Mikhnaf: ‘Telah
menceritakan kepadaku Abdus Salam bin Suwaid, bahwa suatu ketika pasukan
berkuda suku Thayyi’ pernah bertemu dengan pasukan berkuda suku Bani Asad dan
pasukan berkuda suku Fazarah (sukunya Uyainah bin Hishn, rekan seperjuangan
Thulaihah ketika melancarkan aksi bodohnya), pertemuan tersebut terjadi sebelum
kedatangan Khalid dan pasukannya, dimana anggota suku Thayyi’ terlibat
percekcokan dan adu mulut melawan anggota suku Bani Asad dan Fazarah, akan
tetapi adu mulut mereka tidak sampai menjurus ke adu kekuatan…
Anggota suku Bani Asad dan Fazarah berkata:
‘Tidak demi Allah, kami selama-lamanya tidak akan sudi membai’at (bersumpah
setia) kepada Abu al-Fashil (yakni Abu Bakar) selamanya!’. Sebutan Abul Fashil
di sematkan oleh mereka kepada Abu Bakar sebagai bentuk olok-olok kepada beliau
(Radhiyallahu ‘Anhu).
Anggota suku Thayyi’ menjawab perkataan
mereka dengan mengatakan (perkataan yang pernah dikatakan oleh Adi kepada
mereka ketika mereka mengolok-olok Abu Bakar dengan sebutan Abul Fashil): ‘Kami
berjanji, bahwa dia (Abu Bakar) pasti akan memerangi kalian hingga kalian
menjulukinya dengan Abu al-Fahli al-Akbar (pemimpinnya atau bapaknya para pejantan)!’”.
Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Insya Allah kisah mengenai jalannya
peperangan dan apa saja yang terjadi di tengah peperangan tersebut akan saya
sampaikan di artikel selanjutnya.
Was-Salam.
0 comments:
Post a Comment