Wednesday, October 13, 2021

‘KAMI BERJANJI BAHWA DIA PASTI AKAN MEMERANGI KALIAN HINGGA KALIAN MENJULUKINYA DENGAN ABU AL-FAHLI AL-AKBAR!’.

 

Gambar oleh Pexels dari Pixabay 

Bismillah…

Alhamdulillah Wash-Shalatu Was-Salamu ‘Ala Rasulillah.

Pada artikel yang lalu saya telah menjelaskan mengenai kejadian apa saja yang terjadi setelah kaum muslimin menemukan jasad 2 orang sahabat mulia yaitu jasad sahabat Ukkasyah dan sahabat Tsabit (Radhiyallahu ‘Anhuma).

Kemudian saya juga menjelaskan mengenai undangan Adi kepada Khalid untuk berkunjung sejenak ke kawasan perkampungan suku Thayyi’, hal tersebut beliau lakukan untuk memperkuat kembali semangat juang kaum muslimin yang sempat melemah selepas melihat jasad kedua sahabat di atas. Dimana Adi bin Hatim menawarkan kepada Khalid sebuah pasukan yang jumlahnya melebihi jumlah pasukan yang dibawa Khalid pada saat itu, dan adapun kelanjutan kisahnya adalah sebagaimana berikut…

BACA JUGA:

KHALID BERSAMA PASUKAN MENEMUKAN JASAD UKKASYAH DAN TSABIT (RADHIYALLAHU ‘ANHUM).

“APAKAH (MALAIKAT) JIBRIL TELAH MENDATANGIMU ?”.

Berkata Ibnul Atsir (Rahimahullah) di dalam kitabnya: “Ketika Khalid bersama pasukannya tiba di tempat terbunuhnya Ukkasyah dan Tsabit, mereka pun melihat jasad keduanya yang terbaring di atas tanah, dimana pemandangan tersebut menimbulkan kegemparan dan kepanikan di tengah-tengah pasukan Islam. Adapun Khalid ketika beliau melihat pasukannya yang tengah terbawa emosi tersebut keadaannya sedikit demi sedikit menjadi kacau dan tidak terkendali, beliau pun memutuskan untuk membawa mereka menuju perkampungan suku Thayyi’ (yang telah menjadi sekutu kaum muslimin).

Sesampainya Khalid bersama pasukan di perkampungan suku Thayyi’, beliau segera mengadakan musyawarah dengan anggota suku tersebut, dimana percakapan mereka berjalan sebagaimana berikut…

Perwakilan suku Thayyi’ berkata kepada Khalid: ‘Serahkanlah kepada kami Qais (saya belum mengerti mengenai siapakah yang dimaksud dengan Qais ini), dan biarlah kami saja yang akan melawannya, karena suku kami memiliki perjanjian persekutuan dengan suku Bani Asad’.

Khalid menimpali perkataan mereka dengan berkata: ‘Perangilah pihak yang mana saja sesuka kalian, itu terserah kalian’.

Mendengar hal ini, Adi bin Hatim berkata: ‘Jikalau saja orang ini (Thulaihah) juga berhasil mempengaruhi keluarga terdekatku (untuk murtad), maka niscaya aku pun akan benar-benar memerangi mereka (keluarga terdekatku tersebut) juga. Demi Allah, aku tidak akan berpaling dari memerangi suku Bani Asad hanya karena mereka memiliki perjanjian persekutuan dengan kami!’.

Ketika Khalid mendengar perkataan Adi yang dipenuhi dengan semangat menggebu-gebu ini, beliau berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya perjuangan kita dalam melawan kedua pihak di atas (Qais maupun suku Bani Asad), terserah pihak yang mana saja yang kita lawan, perjuangan kita tersebut adalah sama-sama jihad. Janganlah kamu menyelesihi pendapat kaummu (dalam masalah ini), dan hendaknya engkau berangkat bersama mereka menuju pihak yang dimana mereka dalam melawan pihak tersebut lebih bersemangat dari melawan pihak yang lain’.

Lalu setelah mencapai kesepakatan, kedua pasukan pun bersiap-siap, kemudian mereka bergerak bersama-sama menuju daerah Buzakhah (jantung kekuasaan Thulaihah).

Adapun suku Banu Amir (yang tinggal di dekat daerah Buzakhah), mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur dan hanya menunggu kabar, kabar mengenai siapakah yang akan menuai kemenangan pada hari itu?....

Tidak lama kemudian, api peperangan pun segera berkobar dengan hebatnya di atas tanah Buzakhah…”.

Kisah yang senada dengan kisah di atas juga di bawakan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabariy (Rahimahullah) di dalam kitabnya. Dan setelah menyebutkan kisah tersebut beliau berkata…

“Berkata Hisyam: ‘Dari Abu Mikhnaf: ‘Telah menceritakan kepadaku Abdus Salam bin Suwaid, bahwa suatu ketika pasukan berkuda suku Thayyi’ pernah bertemu dengan pasukan berkuda suku Bani Asad dan pasukan berkuda suku Fazarah (sukunya Uyainah bin Hishn, rekan seperjuangan Thulaihah ketika melancarkan aksi bodohnya), pertemuan tersebut terjadi sebelum kedatangan Khalid dan pasukannya, dimana anggota suku Thayyi’ terlibat percekcokan dan adu mulut melawan anggota suku Bani Asad dan Fazarah, akan tetapi adu mulut mereka tidak sampai menjurus ke adu kekuatan…

Anggota suku Bani Asad dan Fazarah berkata: ‘Tidak demi Allah, kami selama-lamanya tidak akan sudi membai’at (bersumpah setia) kepada Abu al-Fashil (yakni Abu Bakar) selamanya!’. Sebutan Abul Fashil di sematkan oleh mereka kepada Abu Bakar sebagai bentuk olok-olok kepada beliau (Radhiyallahu ‘Anhu).

Anggota suku Thayyi’ menjawab perkataan mereka dengan mengatakan (perkataan yang pernah dikatakan oleh Adi kepada mereka ketika mereka mengolok-olok Abu Bakar dengan sebutan Abul Fashil): ‘Kami berjanji, bahwa dia (Abu Bakar) pasti akan memerangi kalian hingga kalian menjulukinya dengan Abu al-Fahli al-Akbar (pemimpinnya atau bapaknya para pejantan)!’”. Wallahu A’lam Bish-Shawab.

Insya Allah kisah mengenai jalannya peperangan dan apa saja yang terjadi di tengah peperangan tersebut akan saya sampaikan di artikel selanjutnya.

Was-Salam.

 

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment